"Ini lagi," gumam Zee sambil memiringkan kepalanya dengan mata terpejam. Dia merasakan kenikmatan saat tangan besar William menggaruk-garuk kepalanya yang berbusa karena sampo.
Zee duduk di bath up, membelakangi William dengan tubuh polos. Setelah tidak mandi selama dua minggu, Zee merasa kepalanya berat dan gatal. Namun, setelah bertemu dengan air, semuanya berubah menjadi segar dan ringan.
Beruntungnya, Zee memiliki William yang memiliki tangan besar. William juga membantu dengan menggosok dan memijat bahu Zee. Bath up itu penuh dengan air, wewangian, dan busa yang melimpah. Zee sangat menikmati saat berendam bersama William, yang membantunya mandi layaknya anak kecil.
"Di sini masih terasa gatal," ucap Zee sambil menunjuk bagian puncak kepalanya.
"Selanjutnya, kau harus belajar mandi sendiri!" tekankan William, meskipun dia juga ikut berendam tanpa sehelai benang bersama Zee.
"Aku tidak mau!" tolak Zee dengan keras kepala.
"Aku tidak bisa membantumu mandi setiap hari," William mengingatkan dengan tegas
"Berapa kali kau mandi dalam sehari?" tanya Zee dengan serius.
"Dua kali."
"Ketika kau mandi, aku juga akan mandi. Kau bisa mandi sambil membantuku seperti ini," usul Zee.
William menggeram, merasa bahwa Zee semakin cerdik dalam memanfaatkannya. "Baiklah, begini, gosok kepalamu seperti ini," ucap William sembari mempraktikkan cara mencuci rambutnya.
"Tanganku kecil, Will. Aku tidak bisa," ucap Zee sambil menunjukkan tangan kecilnya yang jauh berbeda dengan tangan besar William.
"Itu hanya alasanmu!" William menuduh tanpa alasan yang jelas. "Mari, gunakan seperti ini." William mengambil pergelangan tangan Zee dan membantu Zee menggosok kepalanya. "Coba lakukan perlahan seperti ini."
"Tidak, tidak!" Zee tetap menolak. "Rasanya berbeda. Zee tidak menyukai tangan ini. Zee lebih suka tanganmu."
William mengumpulkan rambut Zee, memeras busa dari sampo. Kemudian, dia mulai menggosok badan Zee, mengambil sabun cair dan spons.
Saat menggosok punggung Zee, tekanannya terlalu keras hingga Zee protes, "Sakit, kau menggosoknya terlalu keras."
"Ini, coba kau gosok sendiri badanmu," ucap William sambil memberikan spons.
"Tidak mau!" tolak Zee sambil menggelengkan kepala.
William menghela napas berat, lalu melanjutkan aktivitasnya, menggosok punggung Zee secara lembut.
"Bagian depan," perintah William dengan mengalah.
Zee dengan patuh dan manis memutar badannya, memberikan kedua tangannya untuk digosok dengan busa melimpah.
William meringis, memandang dada Zee yang datar. "Datar!" katanya tanpa minat. Zee tidak memakai apapun untuk menutupinya.
Bagi William, itu adalah dada terkecil yang pernah dia temui.
"Apa yang dimaksud dengan 'datar'?" tanya Zee dengan rasa penasaran. Dia menunduk sambil memperhatikan dadanya. "Dadaku datar?"
"Lupakanlah! Angkat tanganmu," perintah William.
Zee antusias mengangkat kedua tangannya. William melanjutkan kegiatan dengan menggosok ketiak Zee.
"Will, mengapa di badanmu ada benda aneh itu?" tanya Zee, melotot dengan fokus pada bagian bawah William.
William menunduk memperhatikan. "Semua pria memiliki itu!"
"Oh, benarkah? Apakah kakek Jorell juga memilikinya?" tanya Zee lagi.