Part 13 - Berbulu

3.6K 116 7
                                    

William berhenti tepat di depan lobi sebuah gedung dengan Zee duduk di kursi sebelahnya, wajahnya bersemangat dan berseri-seri.

Mereka berangkat bersama pagi itu. William mengantar Zee ke tempat les piano, kemudian melanjutkan perjalanan ke kantor untuk bekerja.

Tiga bulan telah berlalu. Hubungan antara Zee dan William sedikit membaik, meskipun kadang-kadang mereka seperti kucing dan anjing; sering kali bertengkar tentang hal-hal kecil, dan pada akhirnya William sering kali harus menahan kekesalannya.

Zee adalah tipe yang keras kepala dan tidak mau mengalah. Dia mempertahankan pendiriannya sampai akhir dalam setiap perdebatan.

Pekerjaan rumah mereka lakukan bersama-sama. Zee tetap enggan mencuci pakaiannya sendiri, dan seperti yang ia katakan sebelumnya, Zee menemani William saat melakukan pekerjaan rumah.

Hal yang sama berlaku untuk mandi. Mereka mandi bersama dua kali sehari, pagi sebelum berangkat dan malam setelah pulang.

Kali ini, William tidak mematuhi aturan yang sebenarnya telah ia buat sendiri. Sebagai suami istri, seharusnya mereka tidur bersama di ranjang yang sama. Namun, Zee menolak untuk berpisah, menuntut agar William memenuhi janjinya sebelumnya.

"Aku akan turun," ucap Zee.

Zee memberi salam perpisahan pada William, mencondongkan tubuhnya untuk mencium pipi pria itu. William sedikit meringis, kebiasaan baru Zee adalah menciumnya sebelum turun dari mobil.

"Baiklah," balas William sambil melambai tangan pada Zee. Dia menekan klakson dan melirik saat Zee masuk ke dalam gedung untuk bertemu dengan teman-temannya yang baru.

Setiap hari, Zee menceritakan kegiatannya dan tentang teman-temannya pada William. Mereka sering makan bersama di kantin saat istirahat. Teman-teman Zee sangat baik padanya, yang mengingatkannya pada Maria.

Zee dan Maria terus bertukar kabar. Zee bangga bercerita kepada sahabatnya bahwa dia dan suaminya tidak akan berpisah, bahkan tinggal di gedung tinggi yang sangat mewah. Zee membanggakan William di hadapan Maria hingga membuat gadis itu iri dan menginginkan segera menikah.

"Selamat pagi, Sir!" sapa Paul sopan pada atasannya. Begitu sampai di kantor, dia disambut baik oleh bawahannya.

"Selamat pagi, Paul!"

"Ini ada beberapa dokumen yang perlu Anda tandatangani." Paul mengikuti William ke ruangannya.

"Baiklah," kata William sambil meletakkan tas kerjanya di atas meja dan duduk di kursi kebesarannya. Sementara Paul menunggu di seberang.

Paul memberikan tumpukan berkas yang perlu ditandatangani, lalu menyeduh kopi untuk William sambil menunggu pria itu menyelesaikan tugasnya.

"Terima kasih, Paul!"

"Sama-sama, Sir! Ini kopi Anda," balas Paul sambil meletakkan cangkir kopi di atas meja William.

Paul memberi salam perpisahan dan keluar dari ruangan. William menghirup aroma kopi yang masih panas. Uapnya yang menggelitik memenuhi ruangan.

William sibuk dengan pekerjaannya sepanjang hari. Mereka mengadakan rapat dan bertemu dengan rekan kerja, dan William benar-benar menikmati setiap momen tersebut. Meskipun bisnisnya masih baru, semuanya berjalan dengan lancar.

Dia bekerja sama dengan Tom, yang merupakan rekan bisnis yang sesuai dengannya. Keduanya memiliki ambisi yang sama dan merupakan individu yang sangat pekerja keras.

Perusahaan mereka bergerak dalam bidang Teknologi Keuangan, menyediakan layanan keuangan inklusif yang memberdayakan masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh institusi keuangan tradisional.

SINNER [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang