Beberapa hari setelah George ditangkap dan dinyatakan bersalah. Berita begitu cepat menyebar seantero perkebunan. Mereka sangat menyayangkan perbuatan George. Pria tua yang seharusnya menikmati hidup masa tua di pedesaan dengan tenang, kini terkurung di balik jeruji besi.
William tidak bekerja sejak itu. Dia dan Zee hanya di rumah saja. William kini bingung bagaimana cara agar Zee aman.
William khawatir meninggalkannya sendirian. Semua orang tahu, William bekerja di malam hari. Bila ada yang nekat datang ke rumahnya saat dia tidak di sana. William sangat marah bahkan imajinasi liar itu melintas di pikirannya.
Pria itu tidak mungkin meninggalkan Zee lagi. William sudah merencanakan kepindahan mereka. Hanya saja, sekarang musim dingin dan dia sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga belum mendapatkan waktu mencari tempat tinggal baru.
"Will, kita mau ke mana? Mengapa aku harus mengganti pakaianku? Apakah aku ikut kau bekerja?"
Zee menukik, William mengeluarkan pakaiannya dari lemari dan menyuruh menggantinya. Dia juga menyiapkan mantel tebal dan syal.
"Ya, kau ikut bekerja."
"Benarkah?" Zee sangat senang. Sudah lama sekali dia ingin ikut dengan William bekerja. Sekarang pria itu mengizinkannya.
Zee segera mengganti kimono tidur. Membungkus tubuhnya dengan mantel tebal.
"Pakai ini," William juga memberikan topi rajutan yang hangat. Gadis itu sangat patuh, William tiba-tiba berdecak kesal. "Pakai ini," Dia juga memakaikan syal.
"Sudah selesai?" tanya Zee.
"Ya,"
"Berhenti." William menahan tangannya. "Tutupi semua." ucapnya sembari menutupi wajah Zee dengan syal sehingga hanya menampilkan bagian mata saja.
"Will, aku tidak bisa bernapas. Mengapa harus ditutupi semua?"
"Tidak. Kau harus menutupnya."
"Seperti ini?"
"Ya, jangan membukanya. Kau paham?"
"Ya,"
Pria itu tidak sepenuhnya paham akan keputusan ini. Dia sangat berjaga-jaga. Di tempatnya bekerja sangat ramai, William khawatir ada yang menyadari kecantikan Zee dan memanfaatkannya.
"Pakai bootsmu."
"Baik,"
"Kau memakai berapa kaus kaki?"
"Satu,"
"Pakai satu lagi. Di luar sangat dingin."
"Baiklah."
Hujan salju di luar tidak begitu deras. William menggenggam tangan Zee keluar dari rumah dan mengunci pintu. Dia memberikan sebuah penerangan untuk Zee diikat pada kepala.
"Will, di luar sangat gelap."
"Ya, kau tidak takut, kan?"
"Tidak."
"Baiklah. Jangan mengeluh."
"Aku suka berjalan malam." Zee berbinar-binar. Menginjak tumpukan salju sehingga kaki mereka tercetak di sana. Hari sudah gelap, berjalan beberapa meter dari rumah. Mereka hanya disinari dari masing-masing pencahayaan.
Mantel yang tebal dan sepatu boots tentu berat bagi Zee. Dia mulai kelelahan, napasnya naik turun kasar.
"Kau kelelahan?"
"Ya, sedikit. Tapi aku masih kuat."
"Ya,"
"Will, bisakah aku membuka sedikit syal ini. Kadang menutupi mataku."
![](https://img.wattpad.com/cover/334964152-288-k151231.jpg)