Dua hari kemudian, William dan Zee pergi ke kota menikmati natal. Setelah Zee benar-benar pulih dan bisa berjalan seperti sedia kala. William memegang teguh janjinya, mereka tidak akan melakukannya lagi sementara waktu.
Tempat pertama yang ingin dikunjungi Zee adalah Katedral untuk berdoa dan melakukan pengakuan dosa. Bukan pengakuan dosa untuk Zee, melainkan untuk William.
William telah menyakiti Zee dan membuatnya tidak bisa berjalan selama dua hari. Gadis itu meminta William mengakui kesalahannya dan meminta maaf sebelum Tuhan melaknatnya.
William menganga tidak percaya. Zee menyuruhnya masuk Katedral. William saja tidak ingat kapan terakhir kali memasuki tempat tersebut untuk berdoa atau membuat pengakuan dosa.
Mereka berdebat. Zee menangis. Dia tidak mau mendengar penjelasan William, bahwa yang mereka lakukan itu hal yang sah dan wajar dalam hubungan suami istri.
Semua pasangan di dunia ini melakukan kegiatan bercinta. Bahkan lebih panas dari itu. Sayangnya, Zee tidak percaya dan mendorong suaminya itu tetap melakukan pengakuan dosa.
Di sinilah mereka berada. Berdiri sambil menyanyikan lagu rohani yang dipandu oleh tim paduan suara.
William melirik Zee menyanyikan lagu rohani dengan merdu dan penuh penghayatan sampai memejamkan mata. Mereka berdiri di antara barisan para jemaat.
Sepertinya istrinya adalah seorang anak Tuhan. Zee menghapal semua lagu rohani yang mereka nyanyikan. William jangan ditanyakan lagi. Dia hanya ikut-ikutan saja. Suaranya tidak sedikit pun keluar karena dia tidak mengetahui liriknya.
Pendeta memberikan khotbah di atas podium. Mengajak jemaat meminta pengampunan dari Tuhan di hari Natal yang berbahagia.
Acara itu berlangsung cukup lama. William sampai bosan menunggu. Sedangkan Zee berbinar-binar bahagia. Sudah lama sekali dia tidak pernah berkunjung ke rumah ibadah.
William mengira setelah acara bubar, mereka akan pergi. Sayangnya tidak. Zee menahannya. Membiarkan para jemaat pergi dan hanya menyisakan mereka berdua saja.
"Apa lagi?" tanya William mengerutkan dahi.
"Ke sana." Gadis itu menarik lengan William dan mengajaknya pindah ke hadapan patung Yesus.
"Sekarang, Will."
"Apa?"
"Pengakuan dosa."
"Tadi sudah."
"Tidak, itu belum sah. Tuhan belum mengampunimu."
"Lalu aku harus mengakui bagaimana lagi?"
Zee menekan bahu William dan memaksanya setengah berdiri dengan menekuk kedua kaki. Membantu menyatukan kedua tangan William hingga terkepal dan mengisi tiap ruas jari.
Zee melakukan hal yang sama di samping William. Mendampingi suaminya berdoa dan menunjukkan pada Tuhan bahwa mereka hidup rukun dan saling mencintai.
"Will, mulailah berdoa."
"Tuhan, maafkan aku. Aku sudah lama tidak berdoa." ucap William setelah beberapa saat mereka hanya diam. "Terima kasih atas nikmat yang kau berikan pada kami selama ini, Amen!"
"Tuhan, maafkan William. Dia sedikit pembangkang." lanjut Zee dalam khusyuk.
William menoleh sambil melotot. Zee melanjutkan doanya, dia benar-benar mengendalikan William sekarang.
"Tuhan, sebenarnya William ingin membuat pengakuan dosa. Dua hari yang lalu dia menyakitiku. Dia membuatku tidak bisa berjalan selama dua hari. Aku hanya berbaring dan menangis kesakitan setiap bergerak. William memasukkan benda keras di bagian bawahnya ke dalammu. Maafkan kami, Tuhan. William tidak bermaksud menyakitiku, dia sudah minta maaf padaku."
![](https://img.wattpad.com/cover/334964152-288-k151231.jpg)