Zee menyelinap masuk ke kamar Henry. Gadis itu tinggal bersama Henry di mansion megah yang memiliki puluhan pelayan yang mengurus rumahnya. Henry, sosok yang lembut dan baik hati, telah menjaga Zee dengan hangat di mansion tersebut.
Henry mendaftarkan Zee untuk mengikuti les musik, membantu mengisi waktu luangnya dan menguasai beberapa alat musik. Mansion tersebut dilengkapi dengan ruang musik lengkap yang sering dimainkan oleh Zee ketika dia merasa bosan dan sendirian.
Henry, seorang pebisnis, sering melakukan perjalanan yang berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu. Zee hanya ditemani oleh alat musik ketika merasa kesepian, terutama setelah kakeknya meninggal dua tahun yang lalu.
Kehilangan kakek Jorell membuat Zee semakin kesepian tanpa adanya teman untuk berbicara dan bercanda.
"Henry,"
Zee menemukan Henry minum sendirian di kamar yang redup. Dengan pelan, Zee memanggil namanya. Henry menoleh dan tersenyum. "Belum tidur, sayang?" tanya Henry.
Zee melangkah cepat dengan senangnya. Dia duduk di depan Henry. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Henry penasaran karena tidak biasa gadis itu kesulitan tidur.
"Will besok akan datang, kan?" Zee menatap Henry dengan ekspresi lucu.
"Kau sangat merindukannya?" tanya Henry.
"Ehm, Zee sangat merindukan Will."
Henry tersenyum dan mengusap puncak kepala Zee. "Besok Will akan datang untukmu."
"Will akan tinggal di sini? Will tidak akan meninggalkanku lagi?"
Henry tidak memberikan jawaban langsung.
"Will akan membawaku pergi?"
Zee berharap agar Henry dapat memenuhi permintaannya. Dia ingi berbicara pada Will agar dapat ikut ke mana pun pria itu pergi.
"Besok, cobalah langsung kepada Will, bagaimana?" tawar Henry memberikan harapan pada Zee. "Selama Will di sini, mintalah kepadanya agar tidak lagi."
"Benarkah?"
"Ya," Henry membenarkan. "Sekarang pergilah tidur, besok pagi kau harus menunjukkan semangatmu. Tunjukkan padanya bahwa kau ceria."
"Besok aku akan memakai gaun yang diberikan oleh kakek."
"Bagus," Henry sambil tersenyum.
"Sekarang, aku akan tidur. Selamat malam, Henry."
"Malam, Sayang." Henry melihat Zee berlari keluar dari kamarnya.
Zee berada di bawah selimut, jantungnya berdebar kencang. Dia berguling-guling karena tidak sabar menanti hari esok. Zee ingin memeluk Will erat dan tidak akan membiarkannya pergi tanpa dirinya.
Keesokan harinya, Zee sangat gugup. Dia mengenakan gaun valentine yang diberikan oleh mendiang Jorell dan merias wajahnya agar Will senang. Zee tidak bisa tidur dengan tenang. Hari ini dia akan bertemu dengan Will setelah dua tahun berpisah. Setiap hari menanti kabar dari Will. Zee tidak sabar untuk bersama Will lagi. Dia tidak ingin berpisah lagi.
Henry mengatakan bahwa Will akan datang menonton pertunjukannya. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Zee daripada kabar tersebut. Zee berlatih keras setiap hari, menunjukkan yang terbaiknya untuk Will.
Pembawa acara memberi komando untuk tampil. Zee sangat gugup, matanya tidak berhenti mencari Will di antara penonton. Namun, Henry juga tidak terlihat di barisan penonton. Zee mulai cemas dan kehilangan fokus. Maria menyenggol lengannya untuk memperhatikan konduktor.