Zee berbaring di tempat tidur dengan tangan menopang kepala, memandang William yang sedang sibuk bersiap-siap di depan cermin dengan serius. Zee tidak mengerti mengapa William hampir setiap malam pergi begitu lama.
William mengenakan setelan formal dan rapi, menyemprotkan parfum di lehernya dan dada, terakhir pergelangan tangannya, menggosok lembut dan menghirup aroma maskulin dari parfum tersebut.
"Mengapa kau bekerja sampai tengah malam? Bukankah kau sudah bekerja keras seharian?" tanya Zee, mencoba memahami rutinitas William.
William memandang Zee sebentar sebelum menjawab, "Ini adalah pekerjaan paruh waktu. Hanya aku yang bisa melakukannya."
"Henry dan kakek tidak pernah pergi setiap malam. Biasanya hanya pulang tengah malam karena perjalanan luar negeri," tambah Zee, membandingkan jam kerja William dengan kakek dan Henry.
"Ini berbeda. Aku harus melakukannya," jawab William dengan tegas. "Aku yang mencari nafkah."
"Aku ingin ikut. Aku ingin melihatmu bekerja paruh waktu," tawar Zee dengan antusias.
"Tidak, tidak!" tolak William. "Kau hanya tidur saja dengan tenang. Aku yang akan bekerja."
"Aku akan selalu menemanimu, Will! Apapun yang kau kerjakan," ucap Zee, ingin memberikan dukungan pada William.
"Terima kasih, Zee. Aku sangat menghargai dukunganmu. Tapi tidak kali ini, kau harus tetap di rumah saja," tegaskan William.
"Baiklah," Zee mengangguk kecil. "Kau harus cepat pulang."
"Baiklah,"
"Jangan pulang dengan bau mulut yang mengganggu tidurku!" pinta Zee dengan lembut.
"Baiklah, baiklah," William menuruti. Ia menyematkan jaket di lengan dan mendekati Zee, memberikan ciuman singkat di pipinya sebelum berpamitan pergi.
"Kau harus segera tidur," William mengingatkan, merapikan selimut di tubuh Zee hingga ke dada sebelum meninggalkannya.
"Ingat, hati-hati, Will," pesan Zee dengan tulus saat William berangkat.
William tersenyum kecil. Menutup pintu kamar dan menghela nafas panjang. Saatnya dia bersenang-senang bersama para gadis-gadisnya.
Pekerjaan paruh waktu hanya alasan saja agar Zee tidak merengek ikut. William telah membuat kesepakatan. Dia akan pulang meski sudah pagi. William memiliki banyak sekali kesepakatan dengan Zee sejak mereka hidup bersama.
Mengunjungi kelab malam langganannya, minum-minum dan bercinta dengan wanita penghibur. Sungguh, hidup William sangat sempurna sejauh ini.
"Hai, Wills!"
Baru saja sampai di lokasi, William disambut hangat oleh para wanita-wanita penghibur. Membelai dada, lengan hingga wajahnya. Bahkan memberikan ciuman mesra yang menggemaskan.
William menyapa singkat. Mengagumi tubuh wanita-wanita seksi itu. William pria murahan, tentu saja! Meskipun tidak tidur dua kali dengan wanita yang sama. Tetapi dia menikmati semua rayuan mereka.
"Will," Wanita lain muncul. Menghampiri dengan langkah cepat dan mengecup bibirnya, pria itu membelas dengan rengkuhan di pinggang dan meremas bokongnya.
"William, kau datang?" Lagi-lagi wanita lain menyapa dan memeluknya. William mencium bibirnya sampai lipstik wanita itu berceceran.
"Mau menghabiskan malam denganku?" tawar wanita itu mengerling menggoda. Entah sejak kapan duduk di pangkuan William dan memajumundurkan pinggulnya untuk menggoda hasrat pria binatang itu.
William tersenyum miring, tatapannya sangat tajam. Melumpuhkannya wanita itu, seakan bercinta dengan William adalah kekuatannya.
"Tidak!" William menjawab tegas. "Kau sudah tahu peraturanku."