"Kalian akan pergi bekerja?"
Zee duduk di kursi rias para pekerja club malam. Dia memandang dua gadis waktu itu sedang sibuk bersiap-siap.
"Ya, tentu saja." jawab keduanya santai.
Zee manggut-manggut. Dia belum mengantuk. Beberapa hari William membawanya ke tempat dia bekerja, istrinya mulai mendapatkan teman. Zee menyebutnya demikian. Menganggap dua gadis itu sebagai temannya, meskipun mereka tidak menunjukkan reaksi ingin berteman.
"Baiklah, Zee. Selamat bersenang-senang."
"Apakah aku bisa duduk di sini?"
"Lakukan yang kau inginkan."
"Baiklah, terima kasih."
Kedua gadis itu pergi. Zee menggeser kursi merapat pada cermin. Dia mulai mengamati alat rias yang tersusun di laci transparan. Beberapa tidak pada tempatnya dan berantakan.
Zee menyusun sesuai bentuk. Untuk mengusir bosan, dia mendapatkan sebuah permainan. Dia juga mencoba beberapa alat rias di wajahnya.
Memoles lipstik merah di bibir. Mengagumi dirinya pada pantulan cermin. Zee memiliki rasa ingin cantik dan menarik seperti gadis-gadis tadi.
Perona wajah berwana pink, dia poles di pipi. Senyumnya terukir lebar. Menambah ketebalan dan kembali memandang wajahnya.
Zee ingin meminta pada William untuk membelikan alat-alat rias itu. Zee ingin terlihat cantik dan menarik.
Tidak ada yang mengajarinya selama ini. Di rumah Jorell, asisten memoleskan di wajahnya tanpa mengajari. Dia juga tidak memikirkan hal tersebut. Sekarang Zee tertarik ingin belajar menggunakannya.
Suara deretan pintu dan gelak tawa sontak mengalihkan perhatian Zee ke samping. Tiga orang pria datang dengan wajah ditekuk.
Mereka saling berpandangan. Zee menggenggam lipstik di tangannya. Dia tidak mengenal ketiganya.
"Kau pekerja baru di sini?" tanya salah satu di antara mereka.
"Bukan. Dia bersama William. William memiliki istri sedikit polos."
"William si bartender itu? Menjual tampangnya dan mendapatkan tip besar?"
"Siapa lagi?"
"Dia lumayan," salah satu dari pria itu menilai penampilan Zee dengan minat.
"Kurasa kita bisa bermain-main sedikit." tambah temannya setengah berbisik.
"Kurasa begitu."
"Hallo, manis?" sapa mereka pada Zee.
"Kau kekasih William, benar?"
"Aku istrinya."
Ketiga pria itu menyeringai. "Kau istrinya?"
"Ya,"
"Apa yah kau lakukan di sini?"
"Menunggu William menyelesaikan pekerjaannya."
"Kau sangat manis."
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Apakah kalian juga bekerja di sini?" Zee berusaha ramah dan menyapa rekan kerja suaminya.
"Ya,"
"Apa yang kalian lakukan untuk bekerja? Kalian menjual tubuh atau meracik minuman seperti William?"
"Kami pemain musik."
"Musik yang kencang itu?"
"Ya,"
Zee tertarik, tidak menyadari marabahaya menghampiri. Gadis itu duduk santai seperti tadi, ingin mendengarkan mereka menceritakan pekerjaan bermain musik.
![](https://img.wattpad.com/cover/334964152-288-k151231.jpg)