William menggenggam tangan Zee sambil memandangi wajah gadis itu. Berbaring tidak berdaya dengan wajah tampak pucat dengan bibir kering.
Pria itu merindukan celoteh Zee, gadis keras kepala yang tidak mau kalah. Mempertahankan argumennya sampai akhir, dan bila William membuat kesalahan dia akan marah.
William merindukan rasa ingin tahu Zee. Bagaimana gadis itu menunjukkan bakatnya, secara ceplos meminta apa yang dia inginkan.
Senyum tipis terbit di wajah William. Dia meletakkan tangan Zee di wajahnya dan menggosok lembut kemudian mengecup berkali-kali seolah Zee yang menggerakkan tangannya.
Dokter mengatakan Zee akan bangun. William akan menunggunya. Dia telah menyiapkan kue dan sebuah buket bunga. Selama ini William belum pernah memberikan hadiah untuknya kecuali tiket ke Disneyland dan les piano.
William berjanji akan lebih sering melakukannya. Pertama dia akan mencari pekerjaan yang lebih baik.
"Eugh ...,"
William merasakan gerakan Zee. Gadis itu menyesuaikan cahaya, senyum William semakin lebar. Dia mendekat dan membelai wajah Zee, mengecup dahinya lembut dan hati-hati.
"Hai, Sayang," sapa William.
Zee memandang William dan mengumpulkan kesadarannya. Dia hanya diam saja saat William kembali mengecupi wajahnya dan mencium tangan.
"Kau merasa lebih baik?"
Zee tidak merespon. Dia memperhatikan William dengan seksama. Kemudian pria itu memanggil para medis untuk memeriksanya.
William mendampingi Zee selama pemeriksaan. Zee membutuhkan istirahat dan perlu dirawat selama beberapa hari.
Pria itu mengucapkan terima kasih dan membiarkan para medis keluar dari ruangan Zee.
"Apa yang kau rasakan, heum?" tanya William. Dia membelai wajah Zee, tempat tidur rumah sakit di setel lebih tegak membantu Zee duduk.
"Will,"
"Iya, Sayang?" jawab William. "Kau merasa lebih baik?"
"Entahlah,"
William tersenyum lebar, dia sangat bahagia. Istrinya telah bangun dari tidur panjang.
Dia memberikan bunga untuk Zee. Gadis itu memandangnya kebingungan, William tidak pernah melakukan hal tersebut.
"Kau sudah bangun. Ini untukmu,"
"Terima kasih," ucap Zee.
Mereka diam selama beberapa saat. Zee sibuk mencium dan menyanjung bunga. Kemudian William juga memberikan kue.
Zee kembali terkejut, namun di wajahnya terukir senyum bahagia. Dia memeluk William dan mengecup pipinya.
"Mengapa aku ada di sini?" tanya Zee kemudian.
"Kau kecelakaan,"
"Kecelakaan?"
William mengangguk membenarkan, "Ya, menyeberangi jalan."