Lega. Benar-benar sangat melegakan!
Sekarang William merasa benar-benar bebas. Tidak ada lagi yang mengganggunya saat ingin bersenang-senang. Keputusan untuk menjual perusahaan yang hampir bangkrut telah dianggap tepat. Dengan begitu, tidak akan ada lagi gangguan dari Hans yang suka mencampuri, memaksanya untuk pulang dan memperbaiki situasi perusahaan.
Dan kemudian, William memutuskan untuk menceraikan istrinya yang selama ini diabaikannya, Zee. Entah siapapun nama panjang gadis itu, William telah melupakannya. Tampaknya, saat ini Zee menggunakan nama belakangnya setelah pernikahannya dengannya.
Mengumumkan perceraian setelah dua tahun tak bertemu memang terasa agak kejam. Namun bagi William, ini adalah kesempatan yang harus dimanfaatkannya untuk menyelesaikan semua urusannya sebelum kembali ke California.
Dengan melakukan itu, ia bisa menjalani hidup lajang dan menikmati kesenangan sepanjang sisa hidupnya. Bukankah itu adalah pilihan yang sangat tepat?
"Oh, William ...,"
Sekali lagi, William meninggalkan Zee yang terdiam di kamarnya setelah menyatakan perceraian. Dia segera pergi ke sebuah kelab malam untuk mencari wanita lain.
Dia mendapatkan wanita dengan mudah. Membawa ke ranjang dan bergumul panas saling beradu rintihan.
William memacu mantap, begitu kokoh dan panas. Menumbuk-numbuk wanita di bawahnya sampai kewalahan. Pria itu terkekeh puas, memang begitulah dirinya.
Pria casanova yang hebat di ranjang. Miliknya kualitas super, wanita mana pun bisa mendapatkannya. William akan memuaskannya dengan senang hati. Kecuali Zee, pria itu tidak sudi menidurinya.
"William, aku akan sampai!" jerit wanita itu. Mencengkeram seprai dan mengetatkan gigi, wajahnya sayu dengan napas pendek-pendek.
"Secepat itu? Beraninya kau klimaks sebelum aku!" William menggeram marah. "Aku menyesal membawamu ke ranjangku!"
"Kau begitu kuat. Aku sangat puas!"
"Tidak, tidak!" Pria itu menggelengkan kepala. "Kau tidak bisa keluar. Aku akan menyiksamu. Kau harus dihukum! Berani sekali bicara akan keluar sedangkan aku belum merasakan apa-apa. Kau tidak memiliki kemampuan apapun untuk memuaskan pelangganmu.?"
"Aku mohon, biarkan aku keluar. Tidak, tidak! Jangan keluarkan milikmu dari sana. Aku membutuhkan milikmu di dalamku. Tolong hujam aku, Will." Wanita itu meraung frustasi dan memohon agar William mengasihani.
"Jalang, sudah kukatakan, kau tidak boleh keluar!" William mencabut miliknya. Menjejalkan ke mulut wanita itu, menumbuk-numbuk sampai kerongkongan. "Shit, mulutmu lebih baik dari lubangmu." racau William tengadah sambil memejam meresapi sentuhan wanita itu. Barulah William akan merasa klimaks dengan mengobrak-abrik mulut wanita di bawahnya tersebut.
"William, aku belum sampai." protes wanita itu sambil menggoda William.
"Aku sudah selesai." William tidak peduli.
"William?!"
"Kau berisik sekali! Pergilah. Aku sudah mengantuk."
"Aku akan tidur di sini."
"Tidak, tidak! Sekarang kau pergi dari hadapanku. Lubangmu terlalu longgar, kau tidak bisa memuaskanku."
"Kau sudah klimaks!"
"Itu karena usahaku. Bukan usahamu. Aku bingung, bagaimana caramu memuaskan pelangganmu, sedangkan kau sangat payah di ranjang."
"Kau ...," Menggeram marah. Memunguti pakaiannya dan menggenakan asal. Wanita itu langsung pergi dan marah-marah.