William sedang melayani para tamu. Meracik minuman dan menyajikan dengan pertunjukan menarik.
Pengunjung malam ini lebih banyak dari sebelumnya. William nyaris tidak istirahat barang sebentar saja. Para tamu antri untuk mendapatkan minuman mereka.
Menggeluti dunia malam bertahun-tahun, berteman dengan bartender dan perayu wanita yang ulung. William mendapatkan bakat itu secara alami.
Meracik minuman dengan profesional tentu sebuah keberuntungan. Wajah tampannya menjadi penunjang sehingga dia mendapatkan keuntungan lebih banyak dari bartender lain.
Pengunjung sering memberinya tip. Mentraktir minum dan mengajak berkencan. Banyak sekali godaan di sana. William merasa hidupnya perlu didedikasikan untuk dunia malam.
"Will, berikan padaku minuman terbaik yang pernah kau racik!" seru seorang wanita sambil mengedipkan tangan.
Menumpu kedua tangannya pada meja bartender dan menampilkan dadanya yang nyaris tumpah. Sungguh godaan yang sulit dilewatkan.
Setiap malam menyaksikan hal yang sama. Menantang William agar kembali ke kehidupannya yang dulu.
Tentu saja yang dulu. William tidak pernah lagi meniduri gadis-gadis yang dia temui di club malam. Dia telah membuat komitmen untuk dirinya sendiri. Kesenangan sesaat hanya akan membuatnya hancur seperti sebelumnya.
William tidak bisa menyesalinya lagi. Jorell adalah taipan kaya. Hanya saja dia memiliki cucu seperti William.
Bisnis dan aset jika tidak dikembangkan tentu akan habis. Hanya bertahan beberapa tahun saja. Semenjak Jorell meninggal, William tidak memiliki kontrol dalam menghambur-hamburkan uang.
Dia bahkan bersedia menyewa sebuah pulau untuk bersenang-senang bersama teman-temannya dan gadis-gadis. Menyediakan minuman paling mahal. Menyewa disc jockey berhari-hari dan lain sebagainya.
Sekarang setelah semuanya habis. Tidak ada teman yang sesungguhnya. Semuanya meninggalkan William. Bahkan mereka tidak mau mengenal William lagi. Memblokir nomor dan alasan sibuk.
"Ini minumanmu, Nona."
Menggeser gelas tinggi dengan senyum lebar dan ramah. Wanita itu balas tersenyum dan menggigit bibir bawahnya. Menggoda William sembari minum.
"Ini untukmu." Wanita itu menggeser tangannya yang telungkup. Di bawahnya terdapat beberapa lembar uang dan kartu nama. "Hubungi aku."
"Okay. Tapi aku sedang sibuk."
"Jika kau ada waktu senggang. Akhir-akhir ini aku menyukai seseorang yang mengguyur tubuhku dengan minuman dan mengeringkannya menggunakan mulut."
"Seksi."
"Kau menyukainya?"
"Tentu. Pria bodoh mana yang bisa menolak itu?"
"Baiklah, hubungi aku." Wanita itu membawa minumannya menjauh dan mengedipkan mata.
William menyeringai, memasukkan tip ke dalam laci. Setelah itu melanjutkan pekerjaannya. Menyapa tahu dan memberikan sebuah candaan.
Sampai akhirnya William memiliki waktu luang. Menepuk lengan rekannya dan buru-buru ke belakang untuk menemui Zee.
Pria itu berpapasan dengan rekan-rekannya. Saling menyapa dan melanjutkan ke ruangan karyawan.
Zee tengah pulas. William menghela napas lega. Dia memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zee dan mengusap-usap kepalanya.
Dia kembali lagi ke meja bartender. Melanjutkan pekerjaannya meracik minuman dan melayani tamu.
Waktu terus berputar. Orang-orang mulai mengosongkan ruangan. Beberapa pengunjung mabuk parah dan tidak sadarkan diri.