BAB 34 B

108 22 5
                                    

Adakah yang masih mau baca?

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Dalam sesaat, moncong pistol itu mengarah ke arah Minseok.

Tubuh Minseok menegang. Udara disekitarnya terasa amat pengap. Otaknya menjelajah alternatif piliham agar dia bisa lepas. Namun hanya buntu yang ia temui. Minseok sama sekali tidak bisa berpikir. Posisinya amat sulit sekarang. Sekali saja pelatuk itu ditarik, maka usai sudah hidupnya.

Baekho nampak berdiri dengan congkak. Satu tangannya memegang pistol yang siap menghujam kepala Minseok. Dendam benar-benar telah membuat hati nuraninya mati.

Tatapannya angkuh, seolah ingin mencabik mangsanya tanpa ampun. Tak ada toleransi, tak ada kompromi. Ia ingin menyelesaikannya saat ini juga. Jikalau Minseok hendak membuka mulut untuk memprovokasinya, maka saat itu pula nyawa pergi dari tubuhnya.

Namun kenikmatan sesaat itu benar-benar membuatnya terlena. Hingga Baekho tak sadar, di belakangnya, Sehun sedang berusaha bangun dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya.

Brukk. Tubuh Sehun meninpa Baekho. Tanpa segaja pistol Baekho kembali terlepas, meski setidak kemudian namja iti dapat memungutnya kembali.

"Hyung, lari... cepat". Ucap Sehun terbata. Bahkan untuk berbicara rasanya amat sakit.

Baekho segera berusaha berdiri. Membanting tubuh lemah Sehun ke lantai. Buku-buku jarinya kembali memutih, ia meremas tangannya kuat. Bagi Baekho, Sehun ada seonggok daging yang mengganggu. Benar-benar seperti lalat.

Atensi Baekho beralih pada Sehun. Ia mencengkram leher Sehun kuat, mengangkat tubuh itu ke atas, dan menahanya tetap berada di udara. Sehun tak lagi bisa melawan. Pasokan oksigen tersumbat, tak lagi mampu melewati jalan napasnya. Urat lehernya terlihat mengerikan, sedangkan matanya hanya tersisa putih. Di tengah kondisi sekaratnya, Sehun hanya berharap, Minseok tak lagi ada di sini. Melenggangkan kakinya pegi menjauhi orang gila seperti Baekho.

Sedangkan Minseok hanya mematung di tempatnya. Bukan, bukan karena Minseok ingin membiarkan Sehun mati. Tapi karena Baekho meletakkan moncong pistolnya pada kepala Sehun. Bergerak dengan gegabah hanya akan mengantarkan Sehun ke akhirat lebih cepat.

Minseok berusaha memutar otaknya sekali lagi. Sel-sel otaknya bekerja sangat keras untuk menemukan solusi.

"Jangan khawatir, kalian akan pergi bersama-sama. Tapi Sehun... dia tidak akan mati lebih dulu daripada dirimu. Itupun jika kau tidak bertindak gegabah. Anak ini juga harus dihukum sebelum mati. Aku akan membuatnya merasakan sakit menjelang ajal hingga ia berharap aku segera mengirimnya ke neraka." Minseok menelan salivanya kasar. Apa ini waktunya untuk memohon, setelah tadi ia berjuang mati-matian melawan Baekho secara psikologis.

"Kalau begitu bunuh aku, dan lepaskan anak itu." Ucap Minseok dengan wajah memelas.

Baekho tersenyum miring. Ini menyenangkan. Tontonan ini membuatnya lebih bersemangat. Persetan bahwa ia akan dianggap psikopat nantinya. Tapi memegang kuasa atas nyawa seseorang membuatnya merasa hebat.

"Bunuh aku dengan cara yang menurutmu paling menyenangkan. Tapi tolong biarkan anak itu hidup. Dia sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan balas dendammu." Minseok tidak main-main dengan tekadnya untuk membuat Sehun tetap hidup. Ia berlutut. Minseok paham benar bahwa Sehun tidak akan bisa bertahan lebih lama tanpa oksigen yang mengaliri tubuhnya.

"Baiklah." Sesaat mengatakan hal tersebut, Baekho melepaskan cengkramannya pada leher Sehun. Sehun jatuh.  Tubuhnya menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, tak ada rintihan kesakitan yang keluar dari mulutnya. Sudah lama kesadarannya menghilang. Alam bawah sadarnya bahkan tidak tau, ia masih berada di dunia atau pergi ke akhirat.

Days With My Hyung [New Account]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang