Pagi hari selepas dari bank, setelah mengambil hal-hal penting yang kusimpan di dalam deposit box selama enam tahun, yang kunci penyimpanannya kukubur di halaman belakang rumahku didesa.
Kantor pusat Niskala Group di Bilangan Sudirman mendadak gempar melihat kedatanganku setelah enam tahun terakhir tidak pernah lagi ke sana.
"Mister R" begitu julukan mereka di belakangku, yang itu juga kutahu dari Toni, sembari bercanda. Bos yang gila kerja, disiplin dan tanpa kompromi, begitu julukan mereka kepadaku.
Sebagian dari mereka terlihat senang, terutama yang sudah mengetahui tentang kecurangan-kecurangan yang sudah di lakukan Om Alex dan Om Bagas, dan siang ini juga rapat luar biasa para petinggi Niskala akan digelar.
Di meja rapat yang berbentuk bulat memanjang, semua kursi sudah penuh oleh para petinggi-petinggi perusahaan, yang sebagian aku tahu sebagai orang- orangnya Om Alex, dan dia dengan angkuhnya duduk di kursi pimpinan petinggi yang dulunya adalah tempat dudukku dan papah.
Om Alex yang menganggap dirinya sebagai pimpinan perusahaan mulai membuka rapat dengan sedikit berceramah tentang kemajuan perusahaan selama dipimpin olehnya, dan itu adalah sebuah kebohongan menurut data yang kuterima dari Toni pagi ini.
"Sekarang kita mulai saja, untuk menentukan siapa yang akan menggantikan almarhum Pak Muchtar, kakak saya dari keluarga Wirahadi."
Aku masih diam. Orang-orangnya mulai sibuk mencari muka di dalam rapat tersebut, sembari menyanjung Om Alex sebagai pimpinan selanjutnya di Niskala group yang mampu membuat induk perusahaan ini menjadi lebih besar dan ternama. Dan mereka pun secara aklamasi memilih Om Alex sebagai pengganti papah, sedangkan sebagian kecil orang-orang yang loyal terhadap papah memilih untuk abstain, dan mereka berdua, Om Alex dan Om Bagas tersenyum penuh kemenangan.
Setelah kurasa cukup bagi mereka untuk berbicara, sekarang giliranku yang hanya akan bermain dengan bukti-bukti kongkrit, setelah sebelumnya kuminta Pak Kusno dan Bu Retno untuk ikut masuk ke dalam ruang rapat. Om Alex serta Om Bagas mulai terlihat pucat.
"Sekarang giliran saya yang bicara. Mungkin sebagian dari kalian yang sudah bekerja lama di sini sudah mengenal siapa saya," kataku jelas menatap ke arah semua peserta rapat.
"Pemilihan suara yang dilakukan tidaklah sah, di karena, 'kan sudah salah dalam menentukan siapa pemilik perusahaan ini yang sebenarnya." Sembari aku mengambil satu map bukti di dalam tasku.
"Ini adalah akte pendirian perusahaan." Map tersebut lantas kubuka dan kutunjukan kepada para peserta rapat.
"Di sini jelas terbukti, dengan tanda tangan bermaterai bahwa perusahaan Niskala di dirikan oleh Yusuf Kusumateja, kakek saya dari pihak ibu, disaksikan di depan notaris, dan bukan atas nama Wirahadi." Ruang rapat menjadi hening.
"Bukti kedua," kataku. "Ini adalah surat wasiat dari almarhum kakek, dan juga ditanda tangani oleh almarhum papah, mamah, saya dan dua orang pengacara kakek yang tertulis jelas bahwa saya, Chairiswan Kusumateja, pewaris tunggal group Niskala ini." Sambil kutunjukan bukti surat wasiat itu yang keduanya kusimpan selama ini di dalam safety deposit box.
Om Alex, Om Bagas, dan para pendukungnya semakin tidak bisa bicara. Aku lalu meminta Toni untuk masuk sembari membawa seorang pengacara perusahaan.
"Dan ini bukti ketiga. Bukti-bukti kecurangan yang sudah dilakukan Om Alex, Om Bagas, serta para kroninya terhadap keuangan perusahaan tanpa peruntukan yang jelas di saat papah masih memimpin." Lantas kuberikan copy-an Bundelan kertas-kertas kepada para peserta rapat, yang semalam diberikan pak kusno.
"Om Alex dan Om Bagas, punya bukti apa?" tanyaku kepada mereka berdua, dan mereka benar-benar sudah terlihat pucat.
"Ini adalah Pak Setya, beliau adalah pengacara kakek sekaligus pengacara perusahaan. Beliau sudah saya perintahkan untuk melaporkan dan mengusut kecurangan ini ke pihak kepolisian." Sembari kuperkenalkan Pak Setya yang mengangguk, mengiyakan.
Jadi sekarang sudah jelas. Siapa yang berhak menjadi pimpinan di group Niskala ini. Dan sampai bertemu di pengadilan," kataku, sambil ingin keluar dari ruang pertemuan.
"Ris, Aris! Semua bisa dibicarakan, Ris!" Suara Om Alex sedikit berteriak, dan ruangan itu mendadak ricuh dan ramai.
"Pastikan semua proses hukum tetap berjalan, Pak," ucapku sambil jalan kepada Pak Setya.
"Baik, Pak. Akan saya pastikan pihak-pihak yang terlibat kecurangan akan masuk bui," jelas Pak Setya.
"Pak Kusno dan Bu Retno sudah mulai bisa bekerja lagi ya," ucapku kepada mereka berdua di depan pintu lift.
"Baik Pak, terima kasih," jawab mereka berdua hampir bersamaan.
Kecurangan dan kejahatan tetap harus diusut secara tuntas dan transparan, walaupun yang terlibat masih terdapat hubungan kekerabatan. Namun akan kupastikan, keluarga mereka tidak akan terlantar dan kelaparan. Aku yang akan memenuhi semua kebutuhan keluarga mereka.
***
Di karya karsa sudah tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kaya Tujuh Turunan ( Gudang Cerita Online )
RomanceKarya : Pena Asmara ( Gudang Cerita Online ) Seorang perempuan desa bernama Risma, selalu menjadi bahan hinaan dan hujatan dari keluarga besarnya karena kehidupan rumah tangganya yang dianggap miskin, tidak terkecuali dengan Riswan suaminya. Mereka...