"Iya, Pak. Ditemukan aliran transfer dana di luar prosedur resmi perusahaan, ke rekening milik Pak Alex dan Pak Bagas," jelas Toni.
"Masing-masing sebesar 15 dan 12 miliar, dan itu bertahap. Belum kebocoran-kebocoran yang lain, yang tidak jelas peruntukannya. Saat Pak Kusno menanyakan kejanggalan tersebut, justru malah disingkirkan dan sekarang Umar, orangnya Pak Alex yang menggantikan posisi Pak Kusno," jelas Toni lagi.
"Pak Kusno ada buktinya?" tanyaku.
"Ada Pak, kebetulan Pak Kusno sudah menyimpan semua bukti kecurangan itu ke dalam file pribadinya. Dia berharap Pak Aries bisa kembali ke perusahaan, dan Pak Kusno akan serahkan langsung kepada Bapak."
"Jika begitu, kita langsung ke rumah Pak Kusno saja," ujarku.
"Baik, Pak." Toni pun lebih mempercepat laju kendaraan.
Hanya sekitar 15 menit, kami pun sudah sampai ke Rumah Pak Kusno, yang ternyata sudah menunggu kedatanganku, selepas Toni mengiriminya pesan tentang keinginan aku yang akan ke rumahnya.
Pak Kusno menyambutku dengan sangat hangat, seorang pekerja senior yang sudah bergabung dengan Group Niskala di jaman Kakek mulai merintis usaha, justru malah disingkirkan karena menemukan kecurangan yang merugikan keuangan perusahaan.
Pak Kusno segera mengajakku masuk ke ruang tamu rumahnya. Sudah dia persiapkan juga segala jenis hidangan di atas meja. Beliau bilang, senang melihatku kembali ke perusahaan yang sudah dirintis kakek, karena jika tidak, sebesar apapun usaha yang dijalankan jika digrogoti dari dalam secara perlahan, maka lama kelamaan akan hancur.
"Ini Pak Aries, laporan kecurangan yang saya temukan saat itu, semua sudah saya print, dan ini tempat penyimpanan filenya," ucap Pak Kusno, sembari menyerahkan piranti penyimpan data/ discet-kepadaku. Aku mulai mengecek lembaran demi lembaran bukti-bukti kecurangan yang sudah dilakukan kedua om-ku tersebut.
"Untuk Bu Sartika bagaimana, Pak?" tanyaku, kepada Pak Kusno, menyangkut tentang adik papah yang perempuan.
"Beliau tidak terlibat, Pak, dan juga sudah tahu tentang kecurangan itu. Bu Sartika sama seperti saya Pak, berharap Pak Riswan untuk segera kembali ke Niskala," jelas Pak Kusno.
Aku letakkan lembaran-lembaran kertas-kertas bukti tersebut di atas meja sembari menghela nafas panjang, tidak menyangka bahwa paman-pamanku sendiri yang menjadi "Tikus" di perusahaan Niskala.
"Pak Kusno masih bersedia, kan kembali ke Niskala jika saya yang meminta?" tanyaku pada beliau.
"Dengan senang hati Pak Riswan, justru jika saya di rumah saja, badan saya jadi gampang sakit-sakitan," jelasnya sembari tertawa.
"Beneran, Bapak masih kuat untuk bekerja?" tanyaku lagi, melihat umurnya yang sudah hampir 60 tahun, tetapi aku sangat butuh kepintaran dan pengalamannya dalam mengelola keuangan perusahaan.
"Alhamdulillah masih kuat Pak Riswan, walaupun anak-anak dan cucu saya tidak senang saat saya dikeluarkan dengan uang PHK semaunya, tetapi saya mengingat jasa almarhum kakek Pak Riswan kepada saya dan keluarga. Sehingga saya mampu menyekolahkan anak hingga lulus kuliah sampai mandiri, maka saya tetap ingin mengabdi di Niskala hingga benar-benar saya tidak sanggup lagi," jelasnya, terlihat berkaca-kaca mata tuanya, dengan guratan keriput yang sudah kentara.
"Uang pensiun bapak, nanti akan saya bayarkan sesuai masa kerja, plus uang jasa. Dan jika bapak kembali ke Niskala lagi, bapak akan dibayar sebagai seorang tenaga ahli profesional, yang bapak sendiri nanti yang memutuskan, masih kuat bekerja lagi atau tidak," kataku, dan beliau terharu mendengarnya.
"Saya yakin Pak, di tangan Pak Riswan, dalam beberapa tahun kedepan, Niskala akan menjadi group usaha multinasional, yang sekarang menjadi tersendat karena pengelolaan perusahaan yang berantakan," ungkap Pak Kusno.
"Baik Pak Kusno, sekarang saya mohon pamit dahulu, dan saya juga akan menarik kembali pekerja-pekerja yang dulu loyal dengan perusahaan untuk bekerja kembali."
"Alhamdulillah, tolong Buk Retno juga ditarik kembali, Pak Riswan. Dia mampu buat menggantikan posisi saya nanti, jika saya benar-benar sudah tidak sanggup lagi," harapnya kepadaku, dan aku menyetujuinya.
"Jika begitu, bukti data-data ini saya bawa ya, Pak, sekalian dengan disket penyimpannya."
"Silahkan, Pak. Memang itu semua sengaja saya simpan rapih, sembari menunggu Bapak kembali," jawabnya. Aku pun segera ijin pamit untuk segera kembali ke rumah.
"Ton, besok pagi antar aku ke tempat Bank yang dahulu saat kita terakhir bertemu, masih ingat, kan?" tanyaku, mengetest daya ingatnya.
"Ingatlah Pak, belum pikun saya," jawabnya sembari tertawa saat di dalam kendaraan. Yah, aku memang membutuhkan orang-orang yang loyal dan juga dapat kuandalkan, seperti Toni dan Pak kusno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kaya Tujuh Turunan ( Gudang Cerita Online )
Roman d'amourKarya : Pena Asmara ( Gudang Cerita Online ) Seorang perempuan desa bernama Risma, selalu menjadi bahan hinaan dan hujatan dari keluarga besarnya karena kehidupan rumah tangganya yang dianggap miskin, tidak terkecuali dengan Riswan suaminya. Mereka...