part 28

31.7K 1.2K 24
                                    

"Kita gak bisa tambah satu hari lagi disini Mas?"

Arya mengehela nafas leleh. Sudah beberapa kali Kayla menanyakan hal yang serupa.

"Gak bisa Kay, kamu tau sendiri kan Saya harus kerja." Dan kira-kira jawaban seperti itulah yang selalu Arya berikan pada istrinya itu.

Kayla menghela nafas berat, dia menundukkan wajah. Menolak untuk bertatapan dengan Arya.

Kayla sangat kecewa karena dia masih belum merasa puas dengan liburan kali ini, Kayla masih ingin eksplor lebih banyak lagi wisata yang terkenal di Jogja. Rupanya waktu tiga hari, tidak cukup untuk melakukan itu.

"Ayo Kay cepetan, kita harus pergi ke bandara sebentar lagi."

Arya memperhatikan Kayla yang seakan bergerak tanpa minat, memindahkan barang mereka satu persatu ke dalam koper. Karena dirasa pergerakan Kayla yang lambat dan terlihat ogah-ogahan, akhirnya Arya turun tangan untuk mengerjakan hal itu.

"Biar aku aja Mas."

Arya berdecak.

"Kalau kamu yang mengerjakan bisa-bisa kita ketinggalan pesawat." Sarkas Arya.

Kayla mengalah, dia pun mengambil tas dan mendudukkan dirinya sembari menunggu Arya menyelesaikan acara berkemasnya.

"Ayo." Arya sudah siap, dia berjalan keluar dari kamar dengan menyeret koper.

Dibelakangnya Kayla hanya bisa pasrah mengikuti Arya melangkah. Beberapa menit mereka telah berhasil chekout dari hotel.

Arya menarik tangan Kayla agar memasuki taksi yang sudah menunggu mereka di pelataran hotel.

Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan keheningan. Kayla sama sekali tidak mengeluarkan suaranya sebagai bentuk protes pada Arya.

Lagi Arya menghela nafas lelah menghadapi sikap istrinya yang kekanak-kanakan seperti ini.

"Dari awal syaya sudah bilang kan cuma bisa libur tiga hari." Kayla melirik suaminya sekilas, tidak berniat untuk membalas ucapannya.

"Kalau kamu masih mau disini, silahkan. Saya tetap harus pulang." Arya berkata dengan tegas, mulai merasa kesal dengan sifat istrinya yang menurutnya sudah berada di luar nalar.

Tetap tidak ada sahutan dari Kayla, dan Arya pun tidak berniat untuk melanjutkan perdebatan mereka. Malu jika sampai didengar oleh supir taksi di depan.

Sampai di bandara, mereka masih tetap saling mendiamkan. Hingga masuk dalam pesawat pun demikian, Kayla menghabiskan waktunya dengan pura-pura tidur dengan telinga yang tersumbat dengan airpods.

Arya biarkan saja hal itu. Toh nanti jika kekesalan Kayla sudah hilang, dia akan bersikap seperti awal lagi.

"Aku lapar." Kayla berucap ke arah Arya. Berharap bahwa suaminya itu peka dan langsung membelikan dirinya makanan.

Mereka baru saja selesai mengambil koper, Arya mengangguk lalu dia bertanya makanan apa yang diinginkan oleh Kayla.

"Mau makan apa?" Kayla diam sejenak, memikirkan makanan apa yang sekiranya bisa memperbaiki indra perasanya, yang dua hari ini sedang tidak baik-baik saja.

"Mau roti aja, sama ice cream juga." Arya menggandeng tangan Kayla memasuki sebuah toko roti yang ada di bandara.

Disana banyak tersedia berbagai macam jenis roti-rotian.

"Mau yang mana?"

"Yang itu aja, rasa coklat." Arya mengangguk, lalu dia memesan roti yang Kayla tunjuk.

"Tunggu disini, saya carikan ice cream."

"Yang cookies and cream ya. Lidah aku masih agak pahit gitu."

Wifey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang