32. satu kalimat lain selain maafkan aku

21 3 17
                                    

Hai, namaku Chiba Tanya.

Ini pengalaman yang menyenangkan bagiku. Meski ini cuma selembar surat yang mana itu hal yang sangat biasa, aku bahagia aku bisa memberitahu kisah hidupku yang tak ada apa-apanya ini ke orang lain.

Jika tulisan ini terbaca, maka ada seseorang yang sebentar lagi akan mengenalku. Satu orang dari sedikit sekali manusia di Bumi ini yang setidaknya mungkin dia peduli padaku.

Biarpun yang akan kuceritakan ini akan mengundang simpati seolah aku manusia yang sangat membutuhkan perhatian, tak apa. Karena pada saat kau membaca surat ini, aku sudah tiada.

Sekali lagi aku Chiba Tanya barangkali kau lupa. Aku siswi kelas 2-7 Gakushu Gakuen yang tidak memiliki satu pun teman. Aku adalah anggota klub sastra meski klub ini ilegal (anggotanya hanya aku seorang). Setidaknya aku mempunyai klub dan mempunyai kesukaan; sesuatu yang tidak semua orang miliki.

Sebagai anggota klub sastra, tentu aku mempunyai ketertarikan pada bidang literasi. Buku, novel, novel ringan, manga, semuanya aku suka.

Dengan membaca bentuk karya-karya tersebut, aku seolah berada di tengah kehidupan orang lain. Walau yang kusaksikan itu ada bagian sedihnya, setidaknya aku bisa melupakan masalahku sejenak.

Aku bisa membayangkan aku adalah si protagonis cerita yang kubaca tersebut. Dengan begitu, aku akan menganggap aku mempunyai teman; sesuatu yang sulit kudapatkan.

Lalu, tercetuslah ide di benakku tentang membuat cerita sendiri. Cerita yang bisa sebebasnya kukarang demi mencapai apa saja yang kuinginkan yang sulit kudapatkan di dunia nyata. Aku bisa membayangkan apa saja bisa terjadi pada hidupku itu! Ya meski hanya dalam bentuk tulisan.

Tetapi, walau aku banyak membaca buku, aku tak pandai merangkai-rangkai kata. Aku ini begitu banyak kelemahannya. Bahkan saking tak bergunanya aku, aku sering merasa lebih baik aku meninggalkan dunia ini saja agar orangtuaku tak perlu membiayai hidupku lagi. Aku bisa berguna dengan menghilangkan diriku sendiri.

Karenanya aku kesulitan dalam menulis novel. Semua gambaran indah yang tersebar di kepalaku tak dapat kutuangkan sedikit pun ke atas kertas.

Aku sudah mencobanya berkali-kali. Hasilnya jelek. Dan aku tak mau itu. Hidupku saja sudah jelek. Masa dalam tulisan juga harus jelek?

Aku hanya bisa membuat tokoh-tokoh ceritanya saja. Maka kulakukan itu. Mungkin kau sudah menemukan buku tulis tersebut? Sengaja kusimpan di sana untuk membuat satu orang saja murid sekolah ini peduli padaku. Walau kemungkinan kepedulian itu tetap kecil.

Aku menciptakan tokoh yang kudambakan bisa kumiliki dalam hidupku. Namanya Mine. Cantik, rambut panjang, tubuh ideal, sedikit berwarna seperti dalam anime-anime. Meski begitu aku tetap realistis. Itu tidak seru dong. Aku tetap membuat tokoh yang kubuat tersebut memiliki kelemahan. Dan kelemahan Mine sama sepertiku. Cengeng dan penakut.

Berlanjut ke hero-nya. Aku pun menciptakan tokoh yang seadanya. Tidak terlalu susah digapai seperti hero-hero yang biasa ada di novel percintaan.

Kunamai dia Hiro; pahlawanku. Dia ganteng tapi hanya Mine (aku) yang menyadarinya. Kerjaannya hanya tidur karena aku tidak mau melibatkannya dalam hal-hal berbau drama. Karena aku tahu orang cuek itu sekalinya peduli maka akan jadi bucin sekali.

Ditambah empat tokoh pendukung lain, dan sedikit sinopsis yang kutulis di halaman selanjutnya (tentu saja kisah cinta antara Mine (diriku) dan Hiro; aku juga menginginkan cinta!), ceritaku ini sudah siap ditulis oleh seseorang!

Ya, ditulis seseorang. Mungkin oleh dia yang menemukan surat ini atau buku tulis itu. Mungkin kerabat mereka, siapa sajalah tak masalah.

Permintaan pertama, terbesar, dan terakhirku.

Kau, dia, kalian, mereka, aku mohon. Tulis cerita yang telah kubuat kerangka tokoh dan sinopsisnya ini sampai selesai.

Kasihan. Mine, Hiro, Daniel, Junko, Kenji, dan Rieno menginginkan kisahnya hidup. Menginginkan kisahnya dibaca dan diketahui orang lain. Aku sudah menciptakan mereka.

Berikan mereka nyawa sebagai pengganti nyawa tidak berhargaku.

Setelah ini, aku memutuskan bunuh diri.

Aku ingin mati, dan aku tak ingin membuat seorang pun dianggap sebagai pembunuh diriku.

Karena aku-lah si pembunuh itu.

.

Menggunakan senter ponsel yang baru kuingat kubawa ke sini, aku membaca keseluruhan isi surat panjang itu dengan khidmat. Mine duduk memeluk lutut dan bersandar ke dinding.

"Kita hidup gara-gara dia. Chiba Tanya. Aku juga tak mengerti mengapa keajaiban ini terjadi. Tokoh-tokoh yang dia buat berubah menjadi nyata setelah dia tak lagi nyata. Memberi nyawa untuk orang lain dengan menghilangkan nyawanya. Kita beneran manusia fiksi, Hiro-kun. Kita tokoh yang tersesat di dunianya Chiba Tanya dan hanya bisa kembali ke dunia asli kita asal kau menulis ceritanya."

"Dia bilang, siapa saja."

Mine diam, memalingkan muka.

"Mine."

"Maaf, aku berbohong."

....

Masih memalingkan muka. "Aku sengaja berkata begitu agar kau mau bersamaku terus, Hiro-kun. 'Dia tahu ada laki-laki yang bisa menuliskan cerita untuknya agar dia bisa kembali ke dunia tempat asalnya'. Aku memikirkannya lama-lama, cara agar aku kembali ke duniaku. Sedari awal aku sudah menyadari aku ini gadis fiksi. Dan cara yang kupikirkan adalah itu. Di luar dugaannya, ternyata penciptaku menginginkan itu juga. Cerita tentangku ditulis dan diselesaikan."

Mine telah berbohong padaku. Mine telah menipuku dengan membuatku terus berurusan dengannya. Hasilnya aku jadi jatuh cinta padanya.

Ya meski kebohongan yang Mine buat tidak sepenuhnya bohong. Dia bisa saja benar-benar kembali ke dunianya jika aku menulis cerita itu.

Meski begitu, mendengar nada suaranya yang datar, bibirnya yang cemberut, dan mukanya yang dipalingkan, aku bergerak lebih dekat ke arahnya.

Mine terkesiap. "K-Kenapa?"

Aku duduk bersila di hadapan Mine, menunduk. "Maafkan aku, Mine. Aku menyakitimu."

"Menyakiti apa?"

"Menyerangmu dengan kata-kata sampah, dan melanjutkan cerita itu tanpa seizinmu. Tolong maafkan aku."

"H-Hiro-kun." Mine menangkup wajahku dengan dua tangannya. Dua tangan itu bergetar.

Terlibat dalam aksi tatap-tatapan jarak dekat, aku tak bisa menahan sesuatu keluar dari mataku. Aku menangis di depan Mine.

"Lho. K-Kok Hiro-kun nangis?" Alis tertekuknya menunjukkan kekhawatiran.

"Maafkan aku."

Mine terkekeh parau. "Kok segitunya sih sampai menangis segala." Suaranya seperti mau menangis. "Hiro-kun ini cuek, lho. Jarang peduli terhadap orang lain. Lalu kenapa saat meminta maaf padaku, Hiro-kun sampai menangis segala? Kemarin-kemarin perasaan biasa saja."

"Maafkan aku, Mine."

"Bisa ucapkan kalimat lain?"

"Aku mencintaimu."

Air matanya turun kusaksikan dengan wajah menangisku yang juga disaksikannya.

Dia sesenggukan. "Curang. Aku kan jadi tidak tega ngambek terus! Mana aku juga punya kesalahan lagi."

Kesalahan?

Mine menatap ke bawah. "Aku menyindirmu siang tadi. Berkata aku tidak merasa dicintai oleh siapa-siapa. Padahal... aku sangat merasakan cinta Hiro-kun untukku."

Aku maju, mengecup pipinya.

"Aku akan memberi perasaanku secara lebih lagi. Sayangku."

the fiction girl want her story [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang