Aku menemani Mine belanja ke pusat perbelanjaan. Dia sendiri yang mengajakku dan merampok uangku untuk dia belikan pakaian-pakaian wanita serta aksesorinya. Karena pernak-pernik keperluan wanita biasanya lebih mahal dibanding pria, kantongku jadi terkuras banyak.
Mine memang belum sepenuhnya berani terhadap manusia-manusia lain. Tetapi momen ini dia manfaatkan juga untuk melatih dirinya terbiasa dengan mereka. Ya meski tetap ada aku di sampingnya.
Dia sampai menggenggam tanganku dan belum melepaskannya juga.
"Ke sini, Hiro-kun."
Kaum ekstrover. Sama seperti Kenji-nii dan Daniel. Tidak adakah yang sesifat denganku?
Mine sedang mencoba beberapa baju, rok pendek, celana, dan gaun one piece di kamar pas. Aku menghela napas di tempat duduk. Belum satu pun membeli apa-apa sudah kelelahan.
"Bagus tidak, Hiro-kun?"
Mine keluar dengan setelan pertamanya. Baju agak transparan dengan bawahan celana kain warna cerah di atas lutut. Jenis pakaian yang biasa digunakan perempuan gaul.
Aku hanya mengangkat jempol sebagai respons.
Mine masuk lagi, dan keluar lagi dengan setelan lain. Kali ini gaun one piece sederhana berwarna putih keabuan yang membalut tubuh langsingnya.
Lebih bagus yang ini.
Aku memberi jempol bonus senyuman.
Mine malah menggerutu. "Tidak ingin bilang apa-apa gitu? Jempol saja terus yang kau beri."
"Keren."
Mukanya semakin tidak terkontrol. "Memangnya aku ini laki-laki?"
Aku mendesah. "Perempuan juga bisa keren kali."
"Tapi penampilanku ini cenderung girly." Mine berjalan mendekatiku. "Tidak bisakah sebut aku cantik?"
Aku menatapnya dengan pandangan biasa saja. Kemudian mengembuskan napas. "Dari pertama aku bertemu denganmu juga kau sudah cantik. Dan bukankah kau sendiri tahu kau itu cantik."
"Beda lagi kalau Hiro-kun yang mengucapkannya."
Dia membuatku tercekat dengan kata-katanya. Seberapa besar memang perbedaannya jika Daniel juga mengucapkannya?
Kutelan ludah, memerhatikan Mine dari atas ke bawah. Dia menyimpan kedua tangannya di balik tubuh, menungguku mengatakan sesuatu.
Dilihat-lihat Mine memang luar biasa cantik dengan gaun one piece itu.
Aku menundukkan wajah. "Iya, cantik." Ungkapan itu keluar dalam wujud bisikan.
Namun tak kubiarkan Mine sempat menanggapinya. Kudorong bahu dia kembali masuk ke kamar pas dan menyuruhnya membereskan pakaiannya yang semula.
"Langsung pakai saja yang itu. Aku akan membayarnya dulu ke kasir."
Di meja kasir, kukeluarkan kertas post it dan pulpen, lalu menulisnya dengan sebuah kalimat pernyataan. 'Aku membeli satu buah gaun one piece. Ini uangnya. Aku adalah orang yang pemalu, dan tolong jangan laporkanku ke polisi karena aku tidak mencuri'.
Kulepas bagiannya dari lem, menempelnya di permukaan meja, kemudian kusimpan uang pas seharga gaun one piece tadi di atasnya.
Ini memang sangat merepotkan. Setiap aku membeli suatu barang, aku harus menulis keterangan bahwa aku telah membeli barangnya dengan menyimpan uang pas di atas kertas post it yang kutempel tersebut. Masalah awalnya sih setiap aku menyodorkan barang yang hendak kubeli ke kasir, mereka selalu mengabaikanku seolah aku ini hantu. Jadilah kulakukan cara ini setiap aku membeli barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the fiction girl want her story [end]
Romansaada gadis yang mengaku 'tokoh fiksi' di perpustakaan nomor dua yang hiro temui.