15. sialnya dia gadis fiksi

17 3 25
                                    

Aku masih di sana. Duduk bersila di dekat lututnya, mendengarnya bercerita tentang alasan mengapa dia tampak murung akhir-akhir ini.

Mine terlalu cepat mengalami perubahan di saat mentalnya belum benar-benar siap. Mine hanya ingin, bukan bisa. Dan meskipun akhirnya dia bisa melewatinya, tak ayal kondisi tubuh dan pikiran Mine menjadi agak terguncang.

Mine itu, biarpun dia mengaku gadis fiksi, dia sama seperti manusia lainnya yang butuh makan, tidur, dan mandi. Tidak tembus pandang, tidak bisa menembus ruangan, hanya saja dia memang tidak bisa menyentuh dan dilihat kebanyakan manusia lain (selain aku, Kenji-nii, dan Daniel).

Mine cuma ... ketakutan.

Berminggu-minggu 'terdampar' di suatu dunia yang tidak dikenalinya terlebih berwujud bak hantu, Mine merasa sendirian dan asing. Lebih parah dari itu, dia merasa manusia-manusia lain di sekitarnya berbahaya karena bisa menyakitinya kapan saja.

Meskipun sudah ada aku, Daniel, dan harapannya mengenaiku yang akan membuatkan cerita untuknya, tak lantas Mine terbebas dari rasa takut akut yang terus bergumul di hatinya.

Termasuk ketika dia mencoba 'suasana' baru. 'Dunia' baru.

Alasan bosan memang bukan sepenuhnya bohong. Tapi alasan terbesarnya lagi kenapa Mine sampai keluar dari zona nyamannya yaitu perpustakaan nomor dua adalah diriku.

Mine ingin tinggal dekat-dekat denganku karena tak tahan lagi dengan kesendirian dan kesunyian kala malam tiba.

Mine berhasil menembus perbatasan itu; gerbang sekolah menuju dunia yang lebih luas lagi. Berhasil. Namun dampaknya kemudian dia rasakan pada keasingan lain yang membabi-buta dan rasa waspada yang tak terkontrol lagi. Tapi Mine berusaha bertahan karena ada aku di sampingnya.

'Rumah yang terasa menyeramkan karena tidak ada Shiragami-kun di dalamnya'. Mine tak suka itu, dan lebih memilih menerobos ketakutannya pergi ke luar seorang diri demi berjumpa lebih cepat denganku.

Lebih cepat. Padahal dia bisa menunggunya.

"Maaf," kusangga kening membayangkan rasa takut Mine nyatanya lebih besar dari yang aku duga, "harusnya aku menyadarinya."

Sebenarnya aku tidak mungkin sadar tentang seorang gadis yang selalu ingin ada di sampingku.

Hiro tidak terbiasa dengan itu.

Mine menggeleng-gelengkan kepala. "Shiragami-kun sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku-nya saja yang keras kepala dan terlalu tidak tahan dengan kesendirian."

Dia menampilkan senyumnya ke arahku dengan mata tertutup.

Lagi-lagi perasaan ini. Tak mampu memandang akibat rasa bersalah.

Kuulurkan tangan untuk menyentuh jari-jari di tangannya. "Aku janji. Mulai sekarang, aku akan selalu ada di sampingmu. Mine."

Mine semakin melebarkan senyum. "Iya, Shiragami-kun."

"Aku kan sudah memanggilmu dengan nama depan. Tidak adil kalau aku saja yang begitu."

Akhirnya kuutarakan juga.

Namun Mine tampak bingung. Atau pura-pura. "Begitu gimana?"

"Sudahlah."

Aku tahu dia hendak menggodaku.

Aku menyingkir dari tempat tidurnya, lagaknya ngambek. Dan persis di seperempat langkahku, Mine menginterupsi. "Jelasin yang jelas dong. Aku perlu tahu niat sesungguhnya Shiragami-kun yang sulit kau utarakan itu."

Tanganku mengepal. Kenapa rasanya begitu memalukan.

"Tidak jadi." Kulanjutkan langkah yang tertunda karenanya.

the fiction girl want her story [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang