16. Marah

258 168 207
                                    


Assalamu'alaikum anak-anakku

Selamat sore🦭

_____

YANG BACA AJA TANPA VOTE DAN KOMEN, TOBAT YUK MULAI SEKARANG! SEBELUM AKU RUKIYAH 🙃

_____

SPAM EMOJI 🤟🤟😎 SEBELUM BACA
🤟😎

Happy reading ...

***

Hari senin, mungkin selalu menjadi hari yang sangat berat. Setelah ditinggalkan hari minggu yang menyenangkan, hari senin selalu datang dan menyeret seluruh murid berkumpul di lapangan untuk upacara.

Apalagi pagi ini sinar matahari begitu menyengat. Sudah pegal, gerah pula. Menyebalkan memang.

Namun, beda sekali dengan Ratu dan seluruh pasukan pengibar bendera hari ini. Seperti matahari sudah menjadi teman akrab sehari-hari, terik matahari pagi bukan apa-apa bagi mereka.

Ratu bertugas memegang bendera. Setelah bendera berkibar di atas tiang yang tinggi, saat berbalik badan, tanpa sengaja matanya menangkap sosok Xander yang sialnya malah tersenyum ke arahnya.

Dengan cepat Ratu segera mengalihkan pandangan. Ratu benci senyuman itu. Ratu benci wajah brengsek itu. Kalau Ratu tahu, mendapat pertolongan akan berakhir seperti ini, tak mungkin Ratu akan sudi ditolong lelaki brengsek seperti Xander.

***

"Pada pesen apa nih Mpok? Gue yang pesenin deh." Gita bertanya dengan menopang dagu. setelah bel istirahat berbunyi beberapa menit lalu, ketiganya langsung mengisi meja pojok kantin yang kebetulan masih kosong.

"Tumben-tumbenan nih baik."

Gita mendelik ke arah Fera. "Gue emang baik Markonah! Cepet mau pesen apa?"

"Gue seperti biasa. Bakso bang Jamet, yang jumbo ya," pinta Ratu.

"Gue juga samain deh."

Tanpa berlama-lama, lantas Gita berlalu dari hadapan kedua sahabatnya untuk memesan pesanan mereka.

"Cewek, join dong." Gio, dan ketiga makhluk pengganggu tiba-tiba saja datang lalu bergabung di meja Ratu.

Benar-benar menyebalkan.

"Anak itik
Naik odong-odong
Hai neng cantik
Ikutan makan dong!"

"Bisa aja lo," ucap Niko seraya menoyor kepala Panjul saat cowok itu baru saja menyelesaikan pantunnya.

"Ih kasal." Panjul balas menggeplak lengan Niko ketika dirinya baru saja menyimpan nampan berisikan empat porsi siomay.

Melihat pemandangan di depannya, Ratu memutar bola matanya malas. Sedangkan Fera, tentu saja cewek itu langsung direpotkan Gio yang hobi mepet-mepet di dekatnya.

"Gio apaan sih? Geser kali! Mepet-mepet mulu deh heran," gerutu Fera seraya mendorong Gio.

"Ayang gak boleh kasar dong." Gio merengek dengan menyikut lengan Fera.

"Ck, berisik banget sih lo!" Fera yang sudah geram lantas mendorong Gio, sampai-sampai bokong cowok titisan raja buaya itu mencium lantai.

Selanjutnya, tentu saja banyak orang yang menertawakannya. Pasalnya, bukan hanya bokongnya yang mencium lantai, kepalanya juga sampai kepentok meja. Kasihan sekali.

Ratu Untuk PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang