7. Tank top merah

368 241 506
                                    

Welcome November, semoga harimu bahagia🌹🌹

Langsung aja ya :)

Happy reading ...

____

Putra merebahkan dirinya di atas kasur king size miliknya. Rasanya lelah sekali. Bahkan sepulang dari rumah Yuna, ia tak mengganti pakaiannya, sepatunya saja masih melekat di kakinya.

Pandangan matanya menatap langit-langit kamarnya yang luas, tapi pikirannya terus melayang-layang pada kejadian tadi.

"Padahal cuma di pipi, belum aja di bibir anjir!"

"Lagian kenapa juga gue bisa panas dingin gini?"

"Sadar Putra sadar! Ini otak lo udah gila apa gimana nih? Masa iya lo jatuh cinta sama cewek begituan?"

Putra mengacak rambutnya frustasi, berguling-guling di kasur rasanya tidak cukup. Seperti orang kegilaan, Putra malah loncat-loncat di atas kasurnya seraya menarik-narik bed cover dan sprainya sampai amburadul jatuh ke lantai.

"Malah makin panas dingin anjir!" keluh Putra seraya merebahkan dirinya lagi ke atas kasur yang sekarang sudah tanpa busana.

"Awas aja lo Ratu," ucapnya final sebelum akhirnya, lima detik kemudian cowok itu tertidur lelap.

***

Jarum jam baru saja menunjukkan pukul sembilan malam, sepulang dari rumah Yuna tadi, Ratu meminta pada Gita agar langsung diantar ke rumahnya.

Malam ini moodnya cukup bagus, bahkan bisa dibilang Ratu sedang sangat bahagia, sungguh Ratu puas melihat ekspresi Putra saat ia memutuskannya.

Tapi tunggu, yang tak bisa Ratu lupakan adalah kenapa ia harus mencium cowok itu? Padahal dalam rencananya tidak ada bagian seperti itu. Ah, Ratu benar-benar dibuat malu jika harus mengingat kejadian tadi.

"Berendam air susu enak nih kayaknya," gumam Ratu saat akan menaiki tangga.

Tapi kemudian ia mengurungkan niatnya ketika melihat ruang kerja Papahnya terbuka, ternyata Papahnya masih saja fokus dengan berkas-berkas dan laptopnya, padahalkan harusnya jam segini Papahnya sudah istirahat.

"Sumpah ya gue gak habis pikir, kerja kok gitu amat."

Sedetik kemudian ia menjentikkan jarinya, kunci motor dan mobilnya kan masih di tangan pria paruh baya itu.

Perlahan Ratu membuka pintu ruang kerja Papahnya. "Papaaaahhhh," sapa Ratu dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Hm."

"Pah," Ratu menaik turunkan halisnya, tangannya terulur meminta sesuatu yang selama empat hari ini masih di tangan Papahnya.

"Papah sibuk."

"Ya udah deh aku pijitin ya Pah, Papah pasti pegel ya seharian duduk begini aja," cerocos Ratu seraya memijat pundak Papahnya.

Yang dipijat diam saja merasakan pijatan Ratu yang selalu bisa membuatnya menghilangkan penat, seperti saat sekarang ini contohnya.

"Mm ... Pah, kunci mobil sama motor aku disimpen di mana ya?" tanya Ratu to the point.

"Aman."

Ratu Untuk PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang