22. Suapan spesial

118 46 63
                                    


Udah mau sebulan baru update chapter baru🤧🔪

Vote ges vote! Votenya sebelum baca biar gak lupa. Mencet tombol vote gak pake biaya gak akan bikin tangan cantengan😭GRATIS☺

Jadi silahkan, vote dan komen sebanyak-banyaknya. Kalo perlu tiap paragraf biar lucu^^

Spam emot kalian diawal bulan Oktober ini🌝

______

Happy reading ....

***

Pagi-pagi sekali, Gita dan Fera menjemput Ratu untuk pergi ke sekolah menaiki motor besarnya masing-masing. Motor yang tiga tahun lalu iseng-iseng mereka beli karena melihat ada tiga deret motor yang warnanya sama.

Si black pink. Julukan itu yang selalu mereka sebut untuk motor besar kesayangan mereka. Motor yang dulu mereka naiki selalu nampak besar sekali bagi mereka. Tapi sekarang saat ketiganya melaju berjajar membelah jalanan, motor besar itu nampak pas mereka kendarai.

Ngomong-ngomong soal motornya, Ratu jadi teringat Diana-mendiang mamanya. Dulu, Diana selalu memarahinya setiap kali Ratu memakai motor ini. Karena terlampau besar untuk ukuran anak SMP, dulu Ratu sering berakhir terjatuh, terlebih karena Ratu belum terlalu mahir juga mengendarai motor.

"Cepet Ra! Kita mau telat nih!" teriak Gita di balik helmnya.

Ratu terkesiap, hampir saja ia melamun. Setelah mengangguk singkat, Ratu ikut melaju lebih cepat lagi, menyusul Fera dan Gita yang main meninggalkannya begitu saja.

Begitu sampai di area parkir sekolah, Ratu menghentikan motornya tepat di samping kedua motor sahabatnya.

Banyak pasang mata yang dengan terang-terangan melihat ke arah mereka. Pasalnya, warga sekolah pernah beberapa kali melihat Fera dan Gita berangkat sekolah dengan motor itu. Yang membuat mereka menoleh adalah, Ratu yang ternyata punya motor yang sama seperti Fera dan Gita.

"Motor lo udah berapa tahun gak dipake masih bagus aja Ra," kata Gita dengan memuji motor kesayangan Ratu.

"Gue orang kaya, lo lupa?"

Gita mendengus, tangan kanannya ia layangkan untuk menoyor kepala Ratu. "Belagu banget lo. Di sini, kan gue yang lebih kaya."

Fera mengibaskan rambut setelah membuka helmnya, sedetik kemudian cewek itu berkata, "Udah gak usah ribut, gue tau, gue yang paling kaya."

"Bodo amat!" timpal Ratu dan Gita bersamaan.

Jika diteruskan perdebatan itu, mereka bisa sampai berakhir menghitung semua kekayaan yang dihasilkan orang tuanya masing-masing. Benar-benar tidak akan ada habisnya.

Ratu lebih memilih turun dari atas motor dan membuka jaket yang melingkar di pinggangnya. Baru saja ia mencabut kunci motor, sebuah motor besar tiba-tiba berhenti di sampingnya.

"Tadi gue liat," ucap Putra ambigu setelah membuka helmnya.

"Liat apa?"

"Liat kalian di jalan. Lebih kayak geng motor sih kalo bentukannya kembaran gini."

Gita memukul helmnya senang. Seperti baru saja mendapatkan sebuah ide yang muncul akibat perkataan Putra barusan.

"Nah, keren juga tuh kalo bikin geng motor!" seru Gita heboh sendiri.

"Keren sih, tapi suka meresahkan warga," ujar Fera, membuat Gita kemudian menekuk wajahnya kesal.

"Halah, kayak lo gak pernah motoran malem-malem aja. Itu juga sama, meresahkan warga. Orang mah malem tuh tidur, lah ini malah berisik," oceh Gita panjang lebar.

Ratu Untuk PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang