Sudah lima hari berlalu, sejak Sakura memulai kegiatan kelananya keluar desa Konoha. Entah apa yang ingin dicara gadis itu di luar sana, tak ada yang bisa menebak.
Sakura memutuskan Hoshigakure sebagai tempat pemberhentian pertamanya, desa yang terletak di Negara Beruang. Tidak banyak buku yang menyebutkan atau membahas mengenai desa ini. Tapi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh Sakura, keberadaan desa ini cukup terpencil, ia bahkan harus menyeberangi jurang iblis dengan berbekalkan masker gas, untuk menghindari gas beracun yang berasal dari dasar jurang.
Saat ini Sakura hanya tinggal melewati satu hutan rimba lagi, untuk dapat sampai di desa Hoshigakure. Wajahnya amat berseri, di bawah terik mentari yang cukup menyengat siang itu. Langkahnya penuh semangat.
Ditengah perjalanan memasuki hutan, Sakura menemukan pengelana lain yang sudah lebih dulu di depannya. Dia mengenakan jubah hitam, rambutnya hitam panjang diikat biasa. Sakura tak menemukan hatae-ate terpasang dikepala atau lengan tangannya. Mungkin pengelanan itu bukan dari kalangan shinobi.
Sakura berjalan santai dibelakangnya, namun setelah memperhatikan dengan lebih cermat, ia menyadari ada sesuatu yang janggal dari sikap pengelana itu. Dia tampak memegangi kepala dan jalannya semakin terhuyung-huyung. Tak lama, dia tersungkur jatuh ke tanah. Sakura segera melompat menghampirinya.
"Yaampun, dia seorang laki-laki." Sakura bergumam kaget, begitu membalik tubuhnya. Dia terlihat sangat pucat.
Sakura segera membuka sebelah sarung tangan, ia melakukan pemeriksaan sederhana.
Demam, mata merah, mengalami radang dan pembuluh darahnya bengkak. Sebelum pingsan tadi, Sakura melihat dia juga sedikit kesusahan saat bernapas.
Gadis itu menelengkan kepala. Jutsu medisnya tidak akan membantu banyak dalam kasus seperti ini. Pemuda ini pastilah terkena suatu penyakit. Untuk mengetahuinya, ia harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut, tapi saat ini alat-alat medisnya tidak memadai.
Tanpa pikir panjang, Sakura membuka jubah pemuda itu, meraih tas ransel di belakang punggungnya. Ia menemukan botol obat di saku depan ransel, dan segera memasukkan obat itu ke dalam tubuh si pengelana, dengan bantuan jutsu medis.
Butuh waktu hampir setengah jam untuk mengetahui obat itu bekerja. Sambil menunggu, Sakura menyandarkan tubuhnya di batang pohon dekat pemuda itu berbaring. Lamat-lamat diperhatikannya wajah pemuda itu. Kulitnya seputih susu, dengan bulu mata lentik yang sedikit membuat Sakura merasa iri. Bibirnya tipis, masih kelihatan pucat.
Gadis itu terkekeh pelan. Ia sempat berpikir bahwa pemuda itu adalah seorang perempuan, melihat dari panjang rambutnya.
Obat bekerja dengan baik. Napas pemuda itu kini sudah berubah teratur. Demamnya pun mulai turun. Sakura menghela napas lega mengetahui hal itu.
Pemuda itu tertidur, dibawah pengaruh obat. Sakura tak dapat menahan lekukan bibirnya, wajah pemuda itu begitu damai saat tertidur.
Pastilah dia bermimpi indah.
Sakura sudah berkali-kali menguap lebar, hembusan angin tampaknya membuatnya mengantuk. Sembari menunggu pemuda itu bangun, ia berencana untuk tidur siang sebentar. Tapi ternyata Sakura malah kebablasan.
Sakura mengerjap kaget saat menyadari langit sudah menjadi gelap. Ia mengeluh pelan. Ia sudah memperkirakan akan sampai di desa Hoshigakure saat matahari terbenam. Tapi sekarang hari sudah larut malam, ia masih terjebak di hutan bersama seorang pemuda yang tak dikenalinya.
Sial!
Tak selang beberapa menit kemudian, pemuda yang dirutukinya itu bangun. Dia menoleh saat disapa Sakura, wajahnya tampak bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/335333534-288-k199147.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
FanfictionHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...