Sepertinya sudah hampir seminggu sejak Itachi mulai melatih Sakura. Gadis itu cepat tanggap, sangat mudah diajari.
Tidak ada hal khusus yang diajarkan Itachi pada Sakura. Ia hanya memberikan latihan-latihan dasar yang dapat membuat gadis itu bergerak lebih lincah dan cepat, melatih refleks nya agar dapat dengan mudah menghindari serangan musuh, mengajarkan teknik bela diri dan bagaimana memfokuskan cakra dengan lebih efisien pada setiap serangannya, dan juga memperbaiki pola pikir Sakura dalam bertarung, menganalisis lawan, dan membuat strategi.
Sebelum memulai latihan di pukul 8 pagi, mereka sarapan terlebih dahulu di meja makan. Sakura selalu bangun pagi untuk menyiapkan roti lapis dan buah-buahan, tak lupa menyuguhi Itachi dengan berbagai pil obat dan vitamin khusus yang dibuatnya. Setelah selesai sarapan, gadis itu memeriksa kondisi tubuh Itachi. Dia selalu mengecek kondisi tubuh Itachi dipagi dan malam hari.
Jika dipikir-pikir lagi, Sakura tak banyak bicara jika sudah berkaitan dengan kesehatan Itachi. Gadis itu selalu memasang wajah serius selama pemeriksaan. Dia bahkan tak memberi celah bagi Itachi untuk mengintip catatan-catatan hasil pemeriksaan.
Itachi pun tak begitu ingin mendengar ataupun mengetahui apapun tentang kondisi tubuhnya.
Berbeda dengan saat pemeriksaan, suasana saat latihan tidak pernah tidak berisik sehari pun. Bukan Sakura namanya jika gadis itu tak banyak omong disetiap sesi latihan. Bahkan di waktu-waktu tertentu dia menjadi lebih rewel, terus mempertanyakan metode pembelajaran yang diberikan Itachi. Yah, meski sebenarnya pemuda itu sendiri pun tahu bahwa Sakura tak bersungguh-sungguh.
Sakura perempuan dengan harga diri yang tinggi. Mengingat hubungan mereka tidak sebaik hubungan pada umumnya, tentu gadis itu tidak akan secara terang-terangan memuji—atau mengakui kehebatan Itachi. Dia pasti akan menunjukkan perasaannya dengan cara bersikap menyebalkan.
Setelah hampir dua minggu tinggal bersama Sakura, perlahan Itachi mulai bisa mengerti pola pikir seorang perempuan. Meski ia sendiri ragu bahwa perempuan lain memiliki temperamen yang sama seperti milik gadis yang kini telah menyandang status sebagai muridnya.
Perempuan adalah makhluk yang mudah ditebak, tapi sulit untuk dipahami.
"Itachi—" Sakura muncul dari balik pepohonan, berjalan dengan langkah kuat menuju pohon berbatang besar, tempat Itachi menyandarkan tubuhnya. "Kau selalu saja mengirim bayanganmu untuk mengujiku. Apa kau sebegitu takutnya terkena serangan dari pukulanku ini?" Sakura menunjukkan kepalan tangannya ke hadapan wajah Itachi.
"Sensei. Kau seharusnya memanggilku dengan sopan." Ujar Itachi, tak memperdulikan protes dari si gadis merah muda.
Sakura cemberut. "Aku lebih senang memanggilmu tuan pemilik rumah—" cibirnya. Gadis itu berjalan ke samping Itachi, kemudian mendaratkan bokongnya di tanah. "Hah—melelahkan sekali."
Itachi sekilas memperhatikan.
Padahal lapangan tempat latihan mereka sekarang begitu luas, ada banyak pohon-pohon besar untuk dijadikan sandaran. Tapi Sakura memilih beristirahat di samping Itachi. Di batang pohon besar pilihannya.
Itachi perlahan mendudukkan diri di tanah, mengikuti gadis di sampingnya.
Tanpa disadari, langit perlahan telah berubah warna di atas sana.
Ini pertama kali Itachi dan Sakura berlatih sampai se sore ini. Bukan tanpa sebab. Itachi menantang gadis bersurai merah muda itu untuk menunjukkan kemajuan latihannya selama beberapa hari terakhir. Ia bahkan menjanjikan akan menjawab satu pertanyaan gadis itu, seandainya dia dapat melayangkan satu serangan kepadanya. Mendengar hal itu, tentu membuat Sakura sangat bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
FanfictionHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...