Perlahan kelopak mata yang menyimpan emerald didalamnya terbuka. Bukannya mengambil waktu untuk mengumpulkan kesadaran, si pemilik tubuh ramping itu malah melompat turun dari ranjang secepat kilat.
"Astaga—" keluh Sakura, setelah menyadari bahwa di balik tirai jendela sudah bersinar terang.
Mata emerald itu dengan cepat mencari-cari jam weker yang sudah jelas ada di meja di samping ranjang yang baru saja dituruninya.
Pukul delapan pagi.
Tanpa memikirkan penampilannya yang berantakan, Sakura melangkah lebar ke luar kamar. Begitu keluar, hal pertama yang di carinya adalah Itachi.
Dia pasti sudah lama menunggu untuk sarapan.
Tanpa berpikir dua kali, Sakura segera bergerak ke hadapan pintu kamar di seberangnya. Saat pintu diketuk, tidak ada jawaban ataupun tanda-tanda bahwa ruangan itu dihuni oleh seseorang.
"Itachi, apa kau di dalam?" panggilnya. "Itachii-"
Setelah panggilan ketiga yang tak kunjung ada jawaban, akhirnya gadis bersurai merah muda memutuskan memutar gagang pintu. Di dalam kepalanya berkelibat pikiran-pikiran buruk yang membuatnya berani untuk masuk tanpa izin dari sang pemilik kamar.
Kepala Sakura meneleng, begitu melihat ruangan itu kosong.
Detik berikutnya, keningnya berkerut.
"Bukannya dia bilang tidak akan pergi kemanapun hari ini?" dengusnya, kemudian melangkah kembali ke luar kamar, dengan wajah cemberut.
Begitu pintu ditutup, pintu yang lain terbuka. Sakura menoleh, dan menemukan Itachi baru saja masuk ke rumah dengan beberapa kantung di tangannya. Perlahan pandangannya naik, menatap Itachi.
Pemuda itu menaikkan sebelah alis, menyiratkan pertanyaan 'mengapa kau keluar dari kamarku' pada Sakura.
"Ah, aku memanggilmu tapi tidak ada jawaban, jadi—" Sakura menyentuh belakang lehernya, "jadi aku masuk karna kupikir kau mungkin dalam keadaan sulit untuk menjawab panggilanku." Jelasnya sedikit kikuk.
Itachi mengangguk mengerti.
"Tubuhmu sudah membaik?"
"Ya, berkatmu."
Sakura merasakan pandangan pemuda itu tiba-tiba saja seperti menggerayangi tubuhnya. Hal itu terjadi selama sepuluh detik, dan itu benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman. Ia bahkan sampai menahan napas, hingga akhirnya Itachi melaluinya—berjalan ke arah dapur, tanpa mengatakan apapun.
Tatapan Sakura langsung turun begitu Itachi sudah melewatinya. Ia penasaran, hal apa yang membuat Itachi tiba-tiba memandangi tubuhnya dengan cara yang tak biasa. Aneh lebih tepatnya.
Sial.
Gadis itu mengutuk dalam hati dan buru-buru begerak ke kamarnya.
Sepertinya pakaian tidur yang dikenakan Sakura keluar memang sangat wajar untuk memancing tatapan aneh bagi siapa saja yang melihatnya. Ia mengenakan piyama senada, dengan atasan pink muda seperti tanktop dan bawahan celana pendek di atas lutut.
"Bagaimana kau bisa keluar dengan penampilan seperti ini!" Sakura menatap dirinya di depan cermin, dan kembali heboh begitu melihat rambut merah mudanya tergerai dengan cara yang sangat berantakan.
Sakura menggigit bibir bawahnya. Kebiasaan yang selalu tanpa sadar dilakukannya saat merasa gelisah.
Sungguh memalukan.
**
Itachi meletakkan plastik belanjaan di atas konter dapur.
Pemuda dengan jubah hitam itu baru saja kembali dari pusat desa, membeli bahan-bahan makanan yang sepertinya akan dibutuhkan gadis merah muda untuk membuat sarapan pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
FanfictionHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...