Rain

665 134 44
                                    

Itachi berjalan menyusuri tepian sungai, dalam keadaan langit masih gelap. Langkahnya berhenti di depan sebuah batu berukuran besar, tempat biasa ia bertemu dengan Kisame. Lelaki bermata tajam itu menyenderkan punggung disana, sambil menatap aliran sungai yang tenang.

​"Kenapa pikirannya selalu penuh dengan prasangka buruk—" Itachi bergumam lirih. Ia kembali mengingat wajah gadis yang pagi-pagi sekali sudah membuat keributan di depan pintu kamarnya.

​Meski sempat emosi sesaat, Itachi sungguh tak benar-benar merasa tersinggung, ataupun marah. Justru ia mengakui beberapa dari ucapan gadis itu ada benarnya. Tentang ia yang berpenampilan malas, dan tubuhnya yang digerogoti penyakit.

​Tak sepenuhnya salah.

​Itachi bahkan belum mengeluarkan sharingan, tapi gadis itu sudah bergetar ketakutaan, hanya dengan menyaksikan perubahan emosi pada manik matanya. Melihat hal itu, ia tentu langsung menyadarkan diri untuk segera menetralkan ekspresinya.

​Sebegitu mengerikannya kah mata ini?

​"Ada apa dengan ekspresi itu?"

​Itachi mendongak, menemukan Kisame sudah berdiri di hadapannya, memasang wajah penuh curiga.

​"Jarang sekali melihatmu memasang wajah seperti tadi. Ada hal yang mengganggumu?"

​Itachi menarik punggungnya dari batu sandaran, kemudian menggeleng pelan. "Bagaimana dengan target selanjutnya, kapan harus di eksekusi?"

​Yah, seperti biasa, Itachi melewatkan pertanyaan tidak penting dan fokus pada pembicaraan mereka mengenai misi. Kisame menyampaikan detail dari tugas yang akan mereka laksanakan dalam waktu dekat. Dia juga menambahkan bahwa mungkin butuh dua sampai tiga hari untuk melakukan pengintaian dan membawa target keluar dari desa tempat tinggalnya.

​"Bagaimana kondisimu saat ini—"

​"Kupikir pembicaraan kita sudah selesai. Sampai bertemu lagi." Potong Itachi, sebelum Kisame sempat menyelesaikan pertanyaannya.

Pria yang selalu membawa pedang besar di balik punggungnya itu menyunggingkan senyum tipis, memaklumi sifat Itachi yang memang enggan membahas hal-hal yang menurutnya tidak penting untuk dibicarakan.

"Oh, ya—" sebelum menjauh, Itachi menoleh, menatap Kisame dari balik bahunya. "Lain kali, jika kau hanya ingin menyampaikan beberapa hal padaku, datanglah dengan jubah biasa. Jangan terlalu kentara mengungkapkan identitasmu."
​Setelah menyampaikan itu, Itachi meneruskan langkahnya masuk ke hutan.

Identitasku juga bisa terungkap jika seseorang dari desa Hoshigakure melihat kami. Itu tidak boleh terjadi, setidaknya, untuk sementara waktu ini.

**


​Pemandangan pertama yang dilihat Itachi saat sampai di rumah adalah Sakura yang berdiri di tengah lapangan, membelakanginya. Gadis itu mengenakan pakaian putih berlengan pendek. Sementara rambut panjangnya diikat tinggi ke belakang, menampilkan lehernya yang jenjang dan mulus.

​Begitu Itachi berjalan mendekat, gadis itu berbalik. Wajah Sakura bersemu, dan sepertinya dia sadar akan hal itu, dan buru-buru membuang pandangan ke arah lain. Tampaknya masih malu mengingat perihal kejadian salah paham pagi tadi.

​"Kau sudah pemanasan?" Itachi memecah keheningan. Gadis yang ditanya memberi jawaban dengan sebuah anggukan pelan. "Sebelum kita mulai, ada yang ingin aku tegaskan—"

​Mendengar hal itu membuat Sakura mendongak. Alisnya perlahan terangkat naik, penasaran dengan hal yang hendak di sampaikan Itachi.

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang