Sakura menghenyakkan tubuh di sofa yang ada di ruangan depan, sambil matanya memperhatikan keluar pintu yang dibiarkan terbuka lebar. Tiga hari sudah ia menghuni rumah seorang diri, tanpa kehadiran pria bermata tajam yang selalu membuatnya merutuk kesal karena sikapnya yang menyebalkan.
Sakura baru saja menyelesaikan racikan obat terbaru, hasil pembelajarannya dua hari lalu di perpustakaan. Sudah hampir senja, dan kini ia duduk melamun sambil memperhatikan hutan yang tak jauh dari lapangan besar di depan rumah.
"Kapan dia akan kembali?" gadis itu memangku dagu, dengan lengan yang bersandar di kepala kursi. "Dia pasti sudah menghabiskan semua bekal buatanku—" gumamnya lagi. Tiba-tiba ia tertegun dan buru-buru menegakkan posisi tubuhnya. "Tidak mungkin—dia tidak mungkin pingsan di hutan, kan? Karena itu sampai sekarang belum kembali—"
Sakura menangkup wajah dan menggeleng kuat.
"Apa yang kau pikirkan, Sakura." Ia melengos, kembali menatap ke luar pintu. "Itachi, kau baik-baik saja kan?"Senja berganti malam. Kini gadis bersurai merah muda duduk menghadap meja makan, bermodalkan lauk seadanya—telur ceplok, tumisan sayur, dan sosis goreng, ia mulai menyantap makan malam dengan wajah murung.
"Aku tidak berselera—" gadis merah muda memain-mainkan sosis di atas piring makannya. Ia mendongak, menatap bangku seberang, kemudian kembali menunduk.
Saat Sakura baru mulai menyendok makanan ke dalam mulutnya, saat itu pula, pintu depan terbuka. Ia sama sekali tak mendengar dan menyadari kehadiran sosok pria yang baru saja masuk ke dalam rumah yang dihuninya.
"Kau baru makan malam—"
Sakura kaget bukan main, saat suara berat dan serak Itachi tiba-tiba saja terdengar dari balik punggungnya. Dengan cepat, ia berbalik, dan menemukan pria itu berdiri di belakangnya, masih dengan penampilan yang sama, seperti saat dia berangkat dua hari yang lalu.
"ASTAGA, kau mengagetkanku tahu!" pekik Sakura. Dia hampir saja menjatuhkan sosis yang baru masuk ke dalam mulutnya.
"Ah, maafkan aku." Ujar Itachi datar.
"Sejak kapan kau kembali? Aku bahkan tidak mendengar bunyi pintu dibuka—" katanya sambil setengah mengunyah.
"Kau masih tidak waspada seperti biasa—"
Sakura langsung mengernyit.
Baru juga bertemu, dia sudah bersikap menyebalkan saja!
Diam-diam, Sakura memperhatikan lelaki yang baru saja kembali dari perjalanan jauh di hadapannya. Ia tak bisa menyembunyikan kelegaannya melihat pria itu kembali dengan selamat.
"Kau sudah makan malam?"
Itachi mengangguk pelan. "Aku mampir ke kedai udon sebelum kembali." Katanya.
"Kedai udon?" Kepala Sakura meneleng. "Kedai yang ada di desa? Yang ramai itu?"
Itachi mengangguk lagi.
Bibir Sakura tiba-tiba mengkerucut ke depan.
Padahal dia bisa sampai di rumah lebih cepat dan makan malam denganku, kenapa malah mampir ke kedai udon yang ada di tengah desa? Bukankah jaraknya lebih jauh dibanding rumah?
"Kau hanya memasak ini?" tanya Itachi, kembali mengalihkan pandangan pada Sakura.
"Memangnya kenapa? Kau merasa senang karna memilih makan udon ketimbang makan-makanan sederhana buatanku ini hah?" sengitnya.
Itachi mendengus pelan, membuat Sakura otomatis makin memperdalam kerutan keningnya.
"Kau—" ucap Sakura menggantung, menatap manik mata Itachi dengan tajam. "Hah, sudahlah." Begitu melihat kilatan kelelahan di mata pria itu, Sakura mengalah. "Berbenah lah. Aku akan memeriksa kondisi tubuhmu setelah membereskan ini—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
FanficHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...