His Gaze

646 114 15
                                    

Langit di luar masih gelap, namun gadis bersurai merah muda sudah terjaga sejak setengah jam yang lalu, duduk menyandar di kepala ranjang. Ujung kakinya bergerak-gerak, terlihat gelisah. Entah apa yang dipikirkannya diwaktu sepagi ini.

​Helaan napas berat terdengar. Sakura memijit pelipisnya perlahan, sembari menggulung gulungan yang kemarin diterimanya dari Tsunade. Mata emeraldnya terpejam beberapa saat.

​"Sebulan lagi, ya—" lirihnya.

​Ia mengalihkan pandangan ke arah meja di samping kasurnya, menatap jam yang jarumnya sudah menunjuk ke angka empat lewat lima. Sekali lagi gadis itu menghela napas, sebelum menyeret tubuhnya turun dari kasur, dan segera berjalan keluar kamar.

​"Kau sudah bangun?"

​Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Itachi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Handuk hitam bertengger di bahu kanan pria itu. Sepertinya dia baru saja selesai mandi. Aroma sampo yang segar tercium semerbak saat dia berjalan.

​"Ah, iya. Kau juga bangun pagi, ya." Sakura menjawab dengan sedikit kikuk. Sebelumnya Itachi jarang sekali melemparkan pertanyaan basa-basi padanya. Ini terasa baru, dan, janggal.

​Pria itu mangut-mangut.

​Sakura juga ikut mangut-mangut. Ia sama sekali tidak ada ide untuk melanjutkan percakapan di jam sepagi ini. Otaknya masih belum sepenuhnya pulih untuk berpikir lebih jauh.

​Namun anehnya, pria berambut panjang itu tak juga masuk ke dalam kamar. Dia masih berdiri di depan pintu, mengamati Sakura yang masih mematung di depan pintu kamarnya.

​"Kau mau menggunakan kamar mandi?" Tanya Itachi akhirnya, dengan nada datar, seperti biasa.

​Sakura tersentak. "Ah, iya, aku mau ke kamar mandi. Kau sudah selesai, kan?"

Dasar bodoh. Tenru saja dia sudah selesai. Apa kau tidak lihat dia baru saja keluar dari sana?

​"Ya. Kau bisa menggunakannya."

Setelah mengucapkan kalimat itu, akhirnya Itachi masuk ke kamarnya.

​Sakura  langsung berjalan menuju kamar mandi, tapi saat ditengah jalan, langkahnya terhenti.

​"Apa dia memang biasa mandi sepagi ini?" Tubuhnya berbalik, menghadap kamar pria yang baru saja menghilang di balik pintu. "Untuk apa dia bersiap sepagi ini? Tunggu—" Ia tiba-tiba tersadar sesuatu. "Jangan bilang kalau dia hendak pergi ke suatu tempat dan melupakan ucapannya semalam?!" Sakura menghentakkan tangan ke sisi samping tubuhnya. Pikiran itu membangkitkan gejolak amarah dalam dirinya.  "Aku tidak akan membiarkannya membodohiku lagi! Lihat saja—" Gadis itu segera berbalik, berjalan dengan langkah lebar menuju ke depan pintu kamar Itachi. Namun begitu berdiri di depan sana dan bersiap untuk menggedor pintu, ia menjadi ragu-ragu.

Apa ini tidak terlalu berlebihan? Dia bisa saja memiliki urusan lain sebelum melatihku, atau, bisa juga dia hanya ingin bersiap lebih cepat. Apa yang akan aku lakukan jika benar begitu?

​Pikirannya masih meragu, dan tepat saat itu, seperti bisa merasakan kehadiran Sakura di depan pintunya, pintu kamar Itachi terbuka. Sakura sontak langsung mengambil beberapa langkah mundur, kaget. Pria itu berdiri di daun pintu.

Ingin sekali rasanya ia berbalik dan berpura-pura bodoh bahwa tak ada apapun yang hendak dikatakannya. Tapi terlambat. Mereka sudah saling berhadapan seperti ini. Ia tak ingin mundur, meski tatapan Itachi saat itu benar-benar membuatnya sangat gugup, hingga tak sadar meremas celana tidurnya.

"Ada yang ingin kau katakan?" Itachi menyandarkan bagian samping tubuhnya ke daun pintu sambil menyilangkan tangan.

"Ah, begini, itu—" Sakura memalingkan pandangan, berharap dengan menghindari tatapan pria dihadapannya akan membuatnya menemukan ide yang lebih bagus untuk disampaikan. "Ka—kau, kenapa bangun sepagi ini? Ah, jangan berpikir yang aneh-aneh, aku hanya—hanya tidak biasa saja melihatmu bangun sepagi ini. " Mata gelap itu masih terus memandanginya, membuat suara Sakura semakin mengecil. "Kau—akan pergi kesuatu tempat?" tanyanya akhirnya.

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang