Leaving

759 135 12
                                    

Punggung gadis bersurai merah muda perlahan bergerak, membalik. Kini wajah mulus Sakura terpampang nyata di hadapan Itachi. Raut wajahnya begitu tenang dan damai. Sesekali kepalanya bergerak-gerak, berusaha memposisikan kuciran rambut yang tampaknya cukup mengganggu kenyamanan tidur sang gadis.

​Apa yang telah terjadi?

​Tak kuasa menahan rasa keingin tahuan, Itachi mengangkat tangan kirinya, menuju wajah Sakura.

​"Maaf atas ketidak sopananku—" lirihnya, sebelum menarik kantong mata Sakura dengan lembut. Setelah berhasil melihat bola mata emerald milik gadis itu, Itachi segera mengaktifkan sharingannya.

​Sekelebat bayangan hitam langsung menyambar penglihatannya. Bayangan itu bergerak cepat sekali, memutar ulang semua penglihatan Sakura selama seharian kemarin. Tak ingin menyalah gunakan jutsunya, Itachi dengan segera langsung menghentikan putaran itu menuju peristiwa tadi malam, saat ia tertidur.

​Itachi bisa melihat sosoknya berbaring di kasur dengan tenang, sambil memejamkan mata. Perlahan pandangan Sakura bergeser ke tubuhnya. Tangannya masih terjulur, mengeluarkan pendar cahaya hijau.

​Perlahan cahaya hijau  memudar. Gadis itu menarik tangan, untuk memegangi perutnya.

​"Ah, sial. Aku sampai lupa bahwa ini hari pertamaku. Rasanya sakit sekali!"
Untuk beberapa saat, gadis itu memejamkan mata.

Itachi tidak dapat melihat apapun, selain bayangan hitam. Detik berikutnya, cahaya kembali terlihat. Sakura memandanginya, lagi.

​"Padahal aku hanya berbasa-basi menyuruhnya tidur—" gadis itu berdecih pelan. "lihatlah, dia malah tidur dengan sangat nyenyak. Seolah-olah tak ada aku disini!" gerutunya.

​Itachi sudah menduga, gadis itu akan mengomel.

​"Kau—" ucapnya terputus.

​Itachi tak bisa melihat bagaimana ekspresi Sakura saat itu. Sudut pandang penglihatannya terbatas.

​"Hah, benar-benar menyebalkan. Aku tidak bisa berkonsentrasi karna perutku sakit!" Sakura memalingkan tubuh, meletakkan beberapa perlatan medis ke meja samping ranjang.

​Ada sebuah catatan kecil di meja, Itachi sekilas bisa melihatnya. Namun belum sempat membaca tulisan yang tertera disana, Sakura sudah kembali berbalik menatap Itachi yang tertidur di atas ranjang.

​"Tapi aku masih harus menyelesaikan pemeriksaan ini." Lirihnya. Gadis itu mengerjap-ngerjap beberapa kali, sambil memegangi perut. "Haruskah aku istirahat sebentar?" Pandangannya bergerak ke ruang kosong di samping Itachi. "Kau pasti sudah gila jika berpikir ingin istirahat disana, Sakura." Dia memukul kepalanya sendiri. "Ah, sial! Perutku sakit sekali."

​Itachi mendengus pelan. Meski sendirian, gadis ini tetap saja cerewet, pikirnya.

​Bayangan hitam kembali. Sakura sepertinya menutup mata, berusaha menahan keram perut yang dirasakannya. Sejujurnya Itachi merasa cukup khawatir dengan kondisi gadis itu.
​Jika tahu akan begini, seharusnya ia membawa Sakura ke dokter, tadi malam.

​"Aku hanya akan memejamkan mata sebentar, benar-benar sebentar saja." tubuh Sakura jatuh di ranjang, berhadapan dengan Itachi. Cukup lama dia mengamati wajah Itachi dalam diam.

"Wah, lihatlah kulit putih ini. Apa benar kau seorang manusia—" jemarinya perlahan mendekat, menyentuh puncak hidung Itachi. "Dingin—" gumamnya. "Kenapa bisa sedingin ini?" Jemarinya kini perlahan menjelajahi wajah putih itu dengan hati-hati.

​Tanpa sadar, Itachi menahan napas selama adegan itu berlangsung.

​Sebelah tangan Sakura menangkup wajah Itachi. "Apa kau tak kedinginan, Itachi?" pertanyaan itu keluar dari bibir gadis itu. Nadanya terdengar begitu lembut, dan seakan menyiratkan rasa kesedihan."Aku akan menghangatkanmu—"

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang