Gadis bersurai merah muda menaruh telapak tangan di depan dada. Ruangan menjadi sangat hening dan itu membuatnya hampir menggila karna hanya bisa mendengar bunyi detak jantungnya sendiri. Ia menggigit bibir, berusaha mengembalikan kewarasan dirinya yang sempat hilang untuk sesaat.
Percakapan dengan Itachi beberapa menit yang lalu memberikan efek janggal di dada Sakura. Ia mengutuki diri karna meneteskan air mata di depan pria itu, tapi disisi lain juga merasa amat bahagia, meski tak ingin mengakuiya.
Seulas senyum muncul di bibirnya.
"Dia akan menjadi guruku—" lirihnya, menatap pintu kamar Itachi. Rasanya masih seperti mimpi.
Detik berikutnya, ia menggelengkan kepala kuat-kuat."Aku bahkan tidak tahu seberapa kuat, dan jutsu apa yang dikuasainya—" keningnya langsung berkerut lagi. "Lalu mengapa aku sesenang ini?"
Pintu kamar terbuka. Itachi keluar, menenteng handuk hitam di lengan kanannya.Mata mereka bertemu.
Meski bisa dikatakan sudah berbaikan, tapi tetap saja, Sakura masih merasa enggan untuk bertatapan dengan mata gelap itu terlalu lama. Rasanya semakin memalukan ketika harus bertatapan dengan seseorang yang pernah melihatnya menangis. Jadi ia segera memalingkan wajah.
"Kau akan berdiam diri saja disana?" Ujar pria itu datar. Dia berjalan santai menuju kamar mandi.
"Ah, ya, aku baru akan mulai memasak." Jawabnya kikuk.
Itachi masih menatap, dari depan pintu kamar mandi.
Sial. Kenapa dia tidak segera masuk?
"Ke-kenapa menatapku?!"
Pria itu mengedikkan bahu, kemudian membuka pintu dan masuk ke kamar mandi tanpa menjawab.
Sakura mendengus sebal. Pria itu semakin hari semakin menyebalkan saja,pikirnya.
Tubuhnya segera berbalik. Ini bukan waktunya merasa kesal. Ia harus segera menyiapkan makan malam, karna pria di dalam kamar mandi pasti tak akan membuang-buang waktu terlalu lama di dalam sana.
Gadis itu mulai menyiapkan bahan-bahan. Ia mengambil beberapa sayuran, memotong dan memasukkannya ke panci yang berisi kuah kaldu. Sudah beberapa hari ini udara terasa dingin, terutama saat malam. Sup hangat tentu adalah pilihan yang tepat untuk jadi menu makan malam mereka hari ini.
"Sudah lama juga ya kami tidak makan bersama—" Sakura bergumam lirih.
Sepertinya ia sedikit merindukan momen saat menghabiskan waktu di meja makan bersama Itachi. Yah, walaupun pria itu selalu bersikap dingin dan tak banyak bicara. Sakura tetap merasa senang menatap pria itu diam-diam saat sedang menyuap makanan buatannya. Dan juga saat Itachi menopang dagu dengan sebelah tangan untuk mendengarkan cerita-ceria tak penting yang dibualkannya saat di meja makan.
Apakah pria itu pernah merindukan momen makan bersama mereka?
Hidangan sudah tersaji dimeja makan, saat Itachi keluar dari kamar dengan setelan kaos hitam dan celana panjang longgar. Pria itu mengambil tempat duduk di seberang Sakura, seperti sebelum-sebelumnya.
Terjadi keheningan saat Sakura dan Itachi duduk berhadap-hadapan di meja makan. Keduanya terlihat bingung.
"Ma-makanlah—" ucap Sakura kikuk.
Pria itu menatapnya, sekilas, sebelum meraih sendok dan menyuap kuah sup ke dalam mulutnya.
Ada apa sih dengannya, dari tadi menatapku dengan cara yang aneh.
Sakura juga mulai memakan makan malamnya. Tubuhya terasa hangat saat kuah sup masuk mengaliri tenggorokan.
Selagi mengunyah, diam-diam ia melirik ke arah Itachi. Pria itu menyuap makanan dalam diam. Wajah datarnya terihat damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
ФанфикHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...