Sakura terkapar di atas sofa, dengan rambut lepek dan baju setengah basah, hasil dari perang air melawan Itachi. Sementara pria bersurai panjang itu berdiri di samping sofa, menatap Sakura yang terkapar dengan mata tajamnya.
"Hah, kau benar-benar keterlaluan." Gumam gadis merah muda sambil berusaha bangkit. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, mendecih, melihat bagaimana lantai dan perabotan rumah basah dan berantakan. "Lihatlah, semuanya basah karena mu."
Itachi ikut memandangi sekitar. Dia setuju, lantai dan perabot rumah ikut menjadi korban dari pelemparan air yang mereka berdua lakukan, sungguh kekanakan. Tapi tentu itu bukan hanya kesalahan satu pihak saja.
"Bukankah orang yang memulai ini yang harus di salahkan?" Itachi menelengkan kepala untuk menatap Sakura yang duduk di sofa. Gadis itu mendongak sedikit, bibirnya cemberut.
"Aku tidak akan menyirammu dengan air, jika kau tidak berbohong!" bentaknya tidak terima. Suara nyaring itu membuat kedua alis Itachi hampir menyatu.
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa makanan itu adalah masakanku. Kau sendiri yang langsung menyimpulkan begitu." Ujar Itachi santai.
Sakura menekuk wajahnya, terlihat jengkel. Dia menatap Itachi dan mendengus, tapi tidak menyanggah sama sekali. "Meski begitu, kau juga harus membantuku membereskan kekacauan ini."
Pria itu menyeringai singkat. Tanpa mengatakan apapun, dia mulai bergerak untuk mengambil kain ke dekat dapur dan mulai menyeka lantai yang tergenang.
Sakura yang menyaksikan Itachi berjongkok di lantai tertegun tanpa sadar. Rambut panjang Itachi sedikit basah, namun tak terlihat lepek. Sedang di pakaian hitamnya hanya terlihat beberapa bercak air, berbanding terbalik dengan pakaiannya yang bisa dikatakan hampir separuhnya basah. Keningnya baru saja hendak mengkerut namun terhenti, saat matanya turun menatap wajah Itachi.
Dia—dia, terlihat begitu, damai.
Sakura seperti baru saja mendapat hembusan angin surga yang membuatnya ikut merasakan kedamaian dan ketentraman luar biasa—hanya dari melihat wajah Itachi. Bibirnya melengkung tanpa sadar.
Bahkan saat melakukan pekerjaan seperti itu saja dia terlihat gagah—eh, tunggu dulu. Apa yang sekarang sedang kau pikirkan Sakura?!
Gadis bersurai merah muda segera menggeleng dengan sekuat tenaga, membuat Itachi mendongak dan menatap penuh kebingungan.
"Kau hanya akan menonton?"
Pertanyaan datar itu berhasil membuat kening Sakura berkerut lebih dalam dibanding rencana awalnya.
Dasar menyebalkan.
"Iya, iya, aku akan membantu. Huh—" Sakura baru hendak melangkah ke belakang, namun Itachi bangkit dan menghentikannya. "Kenapa? Tadi kau menyuruhku untuk membantu?" sengitnya.
Itachi mengedikkan dagu pada kain lap yang ada di lantai. "Pakai itu dulu saja, aku akan ambilkan yang baru ke belakang." Dia pergi setelah mengatakan itu.
"Seenaknya saja menyuruhku." Gerutu Sakura, tapi tetap menyeka lantai dengan kain yang dikatakan Itachi. Gadis itu berjongkok, menyeret kain di lantai sambil bergerak mundur.
Lantai keramik yang tergenang menjadi sangat licin, meski Sakura telah menyekanya dengan kain—yang sudah sepenuhnya menyerap air. Gadis itu terus bergerak mundur dengan posisi berjongkok, sambil terus mengoceh mengenai betapa menjengkelkannya pria bermata tajam yang berpura-pura pandai memasak di hadapannya, hingga tanpa sadar kakinya terpeleset dan tubuhnya terjerembab jatuh ke belakang.
"Akkhh—" teriakan gadis itu menggantung, begitu merasakan tubuh bagian belakangnya ditahan oleh sesuatu—yang membuat punggungnya tidak jadi mencium lantai yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
Fiksi PenggemarHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...