Sakura membanting pintu kamar—lebih tepatnya, tidak sengaja menutupnya dengan tenaga yang kuat. Gadis bersurai merah muda meremas ujung dress baju tidurnya, dengan wajah memanas.
Dari sekian banyak pakaian di lemari, kenapa dia harus melihat tumpukan pakaian yang seperti ini? Dan lagi, dia bahkan memilihkan pakaian dalam yang—bisa-bisanya serasi?
"Ternyata dia masih tetap seorang lelaki, mau bagaimanapun penampilan luarnya—" Sakura berdecih, sambil menatap pintu. "Kenapa aku memiliki pakaian seperti ini? Hah, pertanyaan macam apa itu memangnya? Apa aku tidak boleh memiliki baju tidur yang seperti ini—" lagi-lagi gadis itu menggerutu sambil berdecak-decak ke tempat tidurnya. Sakura menjatuhkan diri disana. "Ah, sial. Rambutku masih basah—" tapi begitu menyadari rambutnya yang masih basah, ia buru-buru bangkit lagi.
Suara hujan masih terdengar deras di luar jendela. Sakura memperhatikan rentetan air yang berjatuhan itu dengan tatapan sendu. Secepat Itachi dapat membuatnya jengkel, secepat itu pula ia dapat merasa gelisah ketika teringat pada kondisi pria itu saat ini.
Sakura berencana akan kembali ke Konoha, untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hipotesisnya mengenai penyakit yang diderita Itachi. Tapi semakin dipikirkan, semakin berat rasanya bagi gadis itu untuk kembali sendiri.
"Apa, aku coba ajak dia saja, ya—" Sakura bergumam pada diri sendiri. "Perjalanannya memang cukup jauh, tapi, dia tidak perlu khawatir karna ada aku disampingnya." Gadis itu tersenyum tipis, sedetik setelahnya keningnya kembali berkerut. "Tapi bagaimana jika dia menolak?"
Sakura menyilangkan tangan, berusaha memutar otak untuk mencari ide yang lebih bagus.
Sebenarnya Sakura sudah memantapkan diri untuk kembali ke Konoha. Tapi entah mengapa, hatinya terasa berat untuk meninggalkan Itachi, terlebih ketika ia mengingat waktu yang telah dihabiskannya bersama Itachi belakangan ini. Selain takut jika suatu waktu kondisi Itachi akan memburuk, diam-diam dia juga memiliki ketakutan lain. Gadis itu takut bahwa dirinya akan sedikit merindukan senyum pria menyebalkan itu.
"Pertama-tama aku harus bertanya dan meminta izin dulu pada shishou. Jika Shishou saat ini memang tidak sibuk dan bisa membantu, aku tidak perlu repot-repot untuk kembali ke Konoha. Tapi jika memang situasinya tidak memungkinkan, yah—" Sakura duduk di depan meja riasnya, dengan sebuah gulungan kosong. "Baru saat itu aku akan mengambil keputusan untuk kembali. Benar, begitu saja."
Sakura akhirnya menuliskan pesan pada Tsunade. Sesaat setelah surat itu selesai di tulis, ia segera mengirimkannya. Gadis itu bersandar di konsen jendela, mengamati burung elang yang terbang di tengah hujan deras yang tak kunjung mereda, membiarkan dirinya terkena percikan air hujan yang jatuh dari atap rumah.
Tatapan gadis itu tajam, berharap bahwa burung pengantar surat itu akan kembali membawa kabar baik bagi dirinya, dan juga Itachi.
Cepatlah kembali.
**Malam yang dingin berlalu, berganti pagi yang cerah. Itachi bangun lebih dulu dari Sakura, meninggalkan pesan di meja makan bahwa dirinya ada urusan keluar dan akan kembali diwaktu latihan nanti.
Langit masih gelap. Itachi dengan jubah hitam polosnya bergerak cepat menyusuri hutan, pergi ke tepi sungai tempat biasa Kisame menemuinya.
"Kau sedikit terlambat—" Kisame mendorong tubuhnya bangkit dari batu besar tempatnya menyandar.
Itachi berhenti di depan pria itu, seperti biasa, dengan wajah dingin dan tatapan tajam yang sepertinya mampu menembus batu besar di belakang Kisame.
"Ada apa dengan pertemuan tiba-tiba ini—" Itachi langsung keinti pembicaraan mereka. Dia sama sekali tidak ingin membuang-buang waktu untuk sekedar berbasa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
FanfictionHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...