Kelopak mata Itachi perlahan terbuka, menatap langit yang entah sejak kapan sudah berubah menjadi gelap. Tubuhnya terasa jauh lebih ringan dan segar, mungkin efek dari tidur siang yang tak terencana. Ia berusaha mengangkat tubuh, bersandar pada batang pohon kokoh di sebelah tempatnya berbaring.
"Oh, kau sudah bangun!"
Suara merdu seorang gadis sontak membuat Itachi menoleh. Gadis itu tersenyum simpul, duduk menyandar di salah satu batang pohon yang tak jauh darinya.
"Bagaimana perasaanmu, sudah lebih baik?"
Itachi mengangguk pelan. Sejujurnya ia merasa sedikit bingung dengan situasi saat ini. Seingatnya, tadi siang ia jatuh pingsan saat berjalan di hutan sendirian. Tapi kenapa sekarang ada seorang gadis bersamanya, di larut malam begini?
"Maaf, tapi bisakah kau jelaskan apa yang terjadi?" Itachi bertanya dengan sopan, yang kemudian dibalas anggukan oleh gadis itu.
"Aku tidak sengaja melihatmu dari kejauhan. Wajahmu pucat, bibirmu kering, dan tubuhmu beberapa kali terlihat kehilangan keseimbangan, sebelum akhirnya kau tersungkur ke tanah. Aku segera mendatangimu. Ah, sebelumnya aku ingin meminta maaf, karna sudah mengacak-ngacak tas mu tanpa izin. Tapi berkat itu, aku bisa menemukan obatmu, dan segera memberikan pertolongan."
Gadis itu tak pernah melepaskan pandangannya saat berbicara. Suaranya terdengar tenang, menceritakan setiap kejadian secara runtut.
"Karena kondisi tubuhmu yang lemah, dan dibawah pengaruh obat, jadi kau tertidur. Kita berada di tengah hutan, dan desa terdekat juga masih cukup jauh, tidak ada siapapun yang bisa dimintai pertolongan. Jadi, aku membiarkanmu tertidur, dan, tentu saja aku tak bisa meninggalkanmu sendirian. Yah, seperti yang bisa kau lihat sekarang."
Gadis itu mengakhiri penjelasan dengan melemparkan sebuah senyuman.
Itachi berdehem pelan, tenggorokannya terasa sedikit sakit. "Maaf karena sudah merepotkanmu."
"Bukan masalah."
"Baiklah, kalau begitu—"
"Eh, tunggu—"
Gadis itu berseru, melihat Itachi sudah memaksakan diri untuk bangkit berdiri, menenteng ransel kecilnya.
"Kau akan langsung pergi?" Suaranya terdengar tidak yakin. Itachi bisa merasakan maksud tersirat dari pertanyaan itu.
"Ya, kupikir aku sudah cukup beristirahat."
Gadis itu tampak bingung. Kepalanya sedikit meneleng saat menatap.
"Tengah malam begini?"
Itachi mengangguk pelan. Meski sudah begitu larut, ia harus segera melanjutkan perjalanan. Delapan jam waktunya sudah habis terpakai untuk beristirahat. Pria itu bukan seseorang yang senang membuang-buang waktu.
"Begitu rupanya." Gadis itu mengelus tengkuk, sambil menggigit bibir bawahnya. "Kau sungguh akan berangkat sekarang? Kondisimu tidak cukup baik untuk—"
"Aku bisa menanganinya."
"Hmm, baiklah."
Helaan napas panjang keluar dari mulut gadis itu. Kedua tangannya memegang pinggang, seakan-akan sedang memikirkan alasan lain untuk dikatakan. Beberapa kali bibirnya terbuka, namun tak melisankan apa-apa.
Itachi mengamati lamat-lamat. Perlahan ia mulai bisa menerjemahkan bahasa tubuh gadis itu. Dalam keadaan begini, di tengah hutan, larut malam, bagaimana mungkin seorang pria sepertinya akan membiarkan perempuan itu tinggal sendirian?
"Kemana tujuanmu?"
Pertanyaan mendadak Itachi membuat gadis itu terkesiap. "Ah, apa? Ah, ya, aku hendak pergi ke desa Hoshigakure. Seingatku, itulah desa terdekat dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be Loved
Fiksi PenggemarHidup hanyalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan sesuatu yang membuatmu yakin untuk tetap hidup. Namun tidak berlaku bagi Itachi. Jalan hidupnya sudah digariskan. Dari awal, sampai akhir, ia hanya punya satu tujuan. Mengorbankan hidupnya de...