Concerns

685 129 7
                                    

Mata emerald gadis itu akhirnya terbuka. Suara ketukan dari arah jendela membangunkannya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengumpulkan kesadaran, sebelum akhirnya membawa tubuhnya mendekati jendela kamar yang masih tertutup tirai.

​Begitu tirai disibak, Sakura terkesiap. Seekor elang bertengger indah di bingkai jendela. Pandangannya langsung tertuju pada gulungan kecil yang terikat dikaki burung itu. Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung membuka jendela.

​"Aku tidak menyangka balasannya akan sampai secepat ini—" gumamnya, mengambil gulungan yang terikat di kaki burung. 

​Butuh sekitar dua sampai tiga menit bagi Sakura untuk membuka segel yang terpasang pada gulungan. Sejujurnya ia sedikit tak menyangka bahwa balasan suratnya akan dibalas dengan gulungan bersegel, seperti gulungan resmi yang berisi  informasi rahasia.

​Kupikir Shisho sedikit berlebihan.

​Setelah segel terlepas, Sakura segera membuka gulungan.

​Aku tidak mengira bahwa kau akan mengirim surat secepat ini, Sakura. Aku lebih terkejut lagi setelah membaca isi pesanmu. Jika melihat dari gejala dan penemuan  hasil rontgen yang kau lakukan, hal yang paling mungkin diderita pasienmu adalah MPA. Aku yakin kau pernah mendengar tentang penyakit ini. Sejauh ini rumah sakit Konoha belum mencatat adanya pasien dengan riwayat penyakit tersebut.

​MPA adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah, bahkan berkemungkinan sangat besar untuk menyerang berbagai organ lain dan menyebar keseluruh tubuh. Jika sudah seperti itu, kau tahu artinya, kan? Tidak ada harapan.

​Maafkan aku Sakura. Aku tidak bisa memberikan jawaban dari permasalahan yang kau hadapi kini. Belum ada obat yang pasti untuk mengobati penyakit ini. Yang bisa kau lakukan hanyalah mencegah agar peradangan tidak menyebar ke organnya yang lain.

​Jika kau sangat kesulitan, kembalilah ke Konoha. Mungkin kita bisa menemukan cara untuk menyembuhkannya.

​Dan—

​Sakura menutup gulungan dengan perasaan campur aduk. Ditatapnya gulungan itu lamat-lamat.

​"Sial! Bagaimana mungkin aku bisa mengabaikanmu setelah mengetahui hal ini, Itachi—"

**

​Langit di luar telah berganti gelap. Sakura melirik jam di meja samping kasurnya. Sudah hampir pukul 7 malam. Jika perkiraannya benar, mungkin saja Itachi sebentar lagi akan kembali ke rumah.

​Gadis itu menghela napas.

​"Hah, apa yang akan aku lakukan sekarang—"

​Tak berapa lama, ia mendengar suara pintu terbuka. Meski masih belum bisa merasakan cakranya, Sakura yakin bahwa orang yang baru saja masuk adalah Itachi.

​Siapa lagi yang akan masuk ke rumah ini selain dia?

​Pikirannya kembali berkecamuk. Ia masih kesal mengingat ucapan yang dilontarkan pria dingin itu, pagi tadi. Yah, meski semua ucapannya benar, tapi tetap saja, apa dia tidak bisa sedikit lebih peka terhadap perasaan orang lain? Dan yang paling membuat Sakura merasa jengkel adalah, kenapa Itachi merahasiakan identitasnya sebagai seorang ninja selama ini?

Apa dia tidak percaya padaku, hingga harus menutup-nutupi identitasnya? Hah, dasar menyebalkan! Dan lagi, kenapa juga dia harus menjanjikan sesuatu saat dalam keadaan mengantuk seperti itu? Sial. Sekeras apapun aku memikirkannya, tetap saja aku yang bodoh. Kenapa juga aku menaruh harapan pada omong kosong semacam itu!

​Si rambut merah muda mengacak-ngacak rambutnya dengan geram.

​"Bagaimana aku akan menghadapinya sekarang—" ia kembali bergumam. Badannya terasa memanas hanya dengan memikirkan harus bertatap muka dengan pria yang ada di kamar seberang. "Apa aku pindah saja ya dari sini?"

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang