Till the day comes

597 121 14
                                    

Udara pagi terasa segar. Sakura berjalan menyusuri jalanan yang masih sepi, menuju perpustakaan desa.

​Hari ini, gadis itu memilih untuk menghabiskan waktu membaca buku-buku medis di perpustakaan. Selagi Itachi tidak ada di desa, ia berpikir akan lebih baik jika memanfaatkan waktu untuk meneliti penyakit yang diderita pria itu secara diam-diam tanpa seengetahuannya.

Aku masih belum bisa menyampaikan apapun padanya. Jadi lebih baik menghindari membahas masalah ini.

​Sakura sudah memonitor kondisi Itachi untuk beberapa lama. Meski belakangan gejala penyakit lelaki itu jarang kambuh, ada beberapa hal yang membuat Sakura terus merasa khawatir.

​Seperti yang dikatakan Tsunade sebelumnya, bahwa penyakit yang menyerang pembuluh darab Itachi ini sangat langka. Rumah sakit Konoha tidak memiliki riwayat pasien dengan penyakit yang sama, artinya, belum ada obat untuk menyembuhkannya. Catatan penelitian mengenai penyakit ini pun minim.

​Sebelumnya, Sakura juga sudah berusaha mencari tahu di sela-sela waktu luangnya. Ia memikirkan  beberapa cara untuk menghambat penyebaran penyakit ke organ-organ tubuh. Tentu hal ini belum sepenuhnya benar dan teruji. Dan karena itulah kini Sakura berada di perpustakaan, mencari tahu lebih banyak mengenai hal-hal yang diduganya dapat bermanfaat untuk mencegah penyebaran penyakit Itachi.

​Sakura benar-benar berusaha keras. Ia melewati makan siang dan makan malam di perpustakaan. Bahkan Ibu tua penjaga perpustakaan sampai geleng-geleng kepala melihatnya membaca buku dijam selarut ini.

​"Hah, selesai juga." Sakura menutup buku terakhir yang telah selesai dibacanya. Tubuhnya otomatis roboh ke senderan kursi. "Besok aku hanya perlu mencari bahan dan alat yang dibutuhkan untuk meracik obat—" ia bergumam pelan pada diri sendiri.

​Setelah mengembalikan buku-buku ke raknya masing-masing, Sakura keluar dari perpustakaan dan berjalan untuk kembali ke rumah.

​Sakura melewati sebuah kedai udon yang tampak cukup ramai oleh pelanggan malam itu. Tak heran, aroma masakan mereka tercium sampai ke luar toko, membuat siapa saja yang lewat di depan sana seketika pasti akan merasa lapar.

​"Apa ini kedai udon yang pernah di kunjungi Itachi waktu itu?" dipandanginya kedai udon itu lamat-lamat, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

​Sakura sudah berjalan di jalan setapak menuju rumahnya. Ia sudah bisa melihat lapangan luas di depan pekarangan rumah, tempat ia dan Itachi biasa berlatih. Langkah kakinya terhenti di sana. Diamatinya bekas lubang yang sudah di timbun kembali dengan tanah. Senyumnya perlahan mengembang.

​"Dia terlihat seperti lelaki yang angkuh dan cuek, tapi sebenarnya sangat peduli pada sekitar—"

​Lubang di tanah itu terjadi akibat latihan mereka beberapa hari lalu. Sakura melancarkan pukulannya ke tanah, dan menciptakan lubang besar yang cukup dalam. Siapa yang menyangka, setelah sesi latihan berakhir, saat Sakura telah kembali masuk ke rumah, Itachi menutupi semua lubang-lubang itu kembali dengan tumpukan tanah.

Padahal dia bisa saja memintaku melakukannya, mengingat itu adalah akibat dari perbuatanku. Kenapa malah melakukannya sendiri? Membuatku merasa tidak enak saja, huh!

​Sakura berdecak pelan, mengingat kejadian-kejadian yang terjadi saat latihan bersama Itachi.

Tanpa sadar, gadis itu duduk bersandar di batang pohon tempat Itachi biasa mengamatinya berlatih dari jauh.

​Pikiran Sakura melayang jauh.

​Meski tidak turun secara langsung untuk melawan, Sakura bisa tahu seberapa kuat Itachi, melalui bayangannya. Dia sangat kuat. Ya, tidak dapat disangkal. Teknik pertahanannya, bagaimana dia memanfaatkan alam sekitar untuk bersembunyi dan membuat jebakan, kecepatan dalam berpikir dan menganalisis lawan, semuanya sangat luar biasa.

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang