Jangan sider loh, kalau gak bisa bantu komen, ya mbok bantu vote aja, jangan udah gak komen, gak vote juga. Sungguh beban sekali.
Vote diawal atau diakhir chapter, jangan sider yah.
200 vote dan 60 komen aja, ayo dipenuhin.
Happy Reading
"Mereka seperti punya kepribadian yang berbeda ya."
Airan setuju pada ucapan Licyo, dilihat dari ekspresi dan aura mereka saat ini.
Malam ini adalah malam dimana Airan bertemu dengan para calon tunangannya, mereka bertemu di sebuah restoran.
Cuaca malam ini mendung, rintik-rintik hujan membasahi jalanan malam ini.
Airan memakai setelah formal dalam pertemuan ini, dia tersenyum sopan pada ke 5 pria itu.
"Hari ini gerimis yah, cuaca nya sering berubah-ubah." ucap Airan membuka percakapan.
Tak dia sangka ucapannya justru membuat Nevio semakin muram dan menunduk dalam, dari awal Airan melihat Nevio yang paling pendiam.
Dia bahkan terus menunduk dengan tangan diatas paha.
"Eum, apa aku ada salah kata? Vio, apa perkataanku menyinggungmu?" ujar Airan hati-hati sembari menyentuh bahu Nevio.
Bisa Airan lihat bahu Nevio menegang kaget, dia mendongak menatap Airan dengan binar mata penuh kekagetan.
Bibirnya bergetar pelan, dia menunduk lagi kemudian menggeleng.
"Tidak, perkataan Nona tidak menyinggung saya, hanya saja cuaca buruk memang karena saya." cicit Nevio dengan kekosongan.
Airan mengernyit heran, maksudnya bagaimana.
"Dia itu yang kena kutukan pembawa sial, dia si lidah pahit dan perusak cuaca." ceplos Junaro santai, Junaro tampak memainkan gelas berisi wine dan menggoyang-goyangkannya santai.
Airan menatap Nevio yang semakin menunduk, kepalan tangan diatas pahanya menguat, bisa Airan lihat hujan mengguyur dengan derasnya.
"Nona, saya mendapat data nasib buruk milik Nevio!"
Licyo menampilkan data di layar transparan didepan Airan.
—-------------—
Nevio Lintanggara memiliki nasib buruk sebagai si pembawa sial, si lidah pahit dan si perusak cuaca, Nevio sering kali membuat tempat dimana dia berada mengalami keburukan, dia pernah berkata buruk tentang saudaranya dan keesokannya saudaranya mati, tempat dimana dia berada akan mengalami cuaca buruk sesuai suasana hati Nevio.Dikucilkan dalam keluarga karena nasib buruknya yang tiada berujung, membuatnya tertekan dan menjadi sosok pendiam serta penakut.
—--------------------—
Airan mengangguk lirih, dia menatap Nevio lalu mengelus rambutnya lembut, membuat mereka yang ada disana terdiam aneh.
Apa benar Nona Muda Cavaya ini memiliki hati baik dan tangan emas seperti yang di rumorkan.
"Tak apa, suatu saat aku akan memberikan bukti jika nasib burukmu, bisa menjadi berkah untuk orang lain." bisik Airan lembut.
Kulit Nevio pucat, wajahnya mulai bersemu saat Airan berbisik, hujan diluar mulai mereda seketika.
"Wow, apa benar Tangan Emas Nona itu berlaku pada kami?" ceplos Junaro menantang.
Airan menarik tangannya dari kepala Nevio, membuat Nevio agak kehilangan dan suasana hatinya memburuk kembali.
Hujan kembali turun walau tak terlalu deras.
"Kamu Junaro, aku tak pernah mendengar rumor apapun tentangmu." ujar Airan ramah dan sopan.
Junaro menarikan sebelah kakinya ke paha lalu tersenyum pongah "Saya punya kutukan Incubus Nona, saya menyerap inti kehidupan wanita yang saya tiduri agar saya bisa terus hidup." jelas Junaro santai.
"Ah, begitu, jadi itu sebabnya kamu menjadi sosok nakal seperti ini?"
"Ya seperti itu simplenya."
"Lalu, untuk Ilsang, Zisyo dan Lizian? Aku juga belum pernah tau apa nasib buruk kalian."
Yang bermata ungu tersenyum lembut, lalu menjawab "Maaf, tapi mungkin saya akan memberitahu Nona tentang itu dilain waktu." tuturnya halus.
"Ooh begitu, lalu Zisyo dan Lizian?"
Yang bermata biru muda menjawab dengan nada yang sangat tenang.
"Saya Hand Destroyer, kebanyakan benda akan hancur saat saya menggunakannya." jelasnya.
Lalu yang bermata hijau, menyahut, dia tadi datang menggunakan penutup mata hitam, saat duduk barulah dia membukanya.
"Saya punya kutukan medusa, siapapun yang saya tatap bisa membuat nya buta. Tapi itu tidak berlaku pada anda Nona, anda kebal dari tatapan saya, dan lagi 4 pria ini juga kebal dari tatapan saya, kemungkinan karena kami sama-sama terkutuk." tuturnya tenang.
Airan menarik napas panjang, ini ekstreme, untung lah dia lahir sebagai si tangan emas jadi semua nasib buruk tak akan mempan padanya.
"Mungkin pertunangan ini bisa kita lanjutkan, aku bisa menghapus nasib buruk kalian, hanya saja jika itu berhasil, kita harus memutuskan pertunangan." jelas Airan.
Mereka ber 5 menatap Airan dengan pandangan berbeda "Kenapa begitu?" tanya Nevio lirih.
"Pertunangan ada karena tugas saya untuk menghilangkan nasib buruk kalian, jika itu berhasil, maka pertunangan tak ada gunanya lagi."
Tak ada yang menjawab, sampai dering ponsel membuat mereka beralih pada saku celana Airan.
"Sebentar yah, aku angkat panggilan ini dulu."
Tanpa menunggu lama, Airan mengangkat panggilan masuk tadi dan mendengar jerit pilu seorang pria.
"KAKAAAAAK! Hiks..Gibran gak sengaja nyentuh tangan Paman tukang kebun..hiks..Paman itu sekarat kak..kakak pulang kak..tolong paman itu kaaaaaak!"
Dan yah, Airan jugalah yang mampu menyelamatkan orang-orang yang tak sengaja Gibran sentuh.
Benar-benar tangan emas, seperti seorang Healer saja.
"Iya kakak pulang."
Airan benar, misi kali ini rumit, pantas saja pointnya besar, ternyata serumit dan seribet ini.
Tapi tak apa, demi 750 ribu point, Airan akan lakukan yang terbaik.
🐇Bersambung🐇
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrator of Antagonis [End]
FantasyMenjadi seorang penyintas yang bertugas sebagai penolong pihak Antagonis, dia selalu merubah takdir Antagonis yang tak adil, tapi semua itu selalu melenceng dari rencana nya. Airan, pasti akan bermasalah dengan salah satu tokoh dalam dunia yang dia...