Jungkook menatap ke arah ponselnya.
Tidak ada notifikasi masuk di sana, sudah dua hari sejak pertemuan dia dan Roseanne di taman sungai Han. Gadis itu masih tidak memberikan jawaban, Jungkook masih menunggu.
"Hei, mobil tidak bisa menjemput lebih dekat, kau harus berjalan menuju parkiran mobil, tapi Kook, berhati-hatilah, ada banyak wartawan di luar sana, kau tidak perlu menjawab satupun pertanyaan mereka," ucap Jimin yang baru muncul ke dalam ruang tunggu Jungkook di dalam stasiun televisi terkemuka itu.
Jungkook pun menyimpan ponsel ke dalam saku celananya.
Pemuda itu pun bersiap untuk mengikuti Jimin keluar dari ruangan itu, disambut oleh enam orang body guard yang siap menjaga pria itu.
Jimin berjalan di depan Jungkook, seorang Liaison officer memandu jalan keluar Jungkook, disusul petugas security stasiun televisi, para bodyguard dan Jungkook berlindung di tengahnya.
Kala seorang crew televisi membuka pintu menuju parkiran, suara-suara yang membuat keramaian sukses menyambut indera pendengaran pria itu.
"Jungkook-ssi, bisakah anda memberi klarifikasi tentang skandal hotel anda bersama nona Rosé?"
"Apakah benar jika anda akan segera menikah dengan nona Rosé?"
"Apakah skandal anda adalah skandal palsu untuk menutup skandal lain?"
Jungkook hanya diam saja, tidak ada satupun pertanyaan yang dapat ia jawab.
Pandangannya terasa kabur, terkadang suara wartawan bertanya, flash kamera dan teriakan para fans berbaur dan menimbulkan dengung di telinganya.
"Apa benar jika nona Rosé sedang hamil?"
Jungkook memejamkan matanya, oh tidak, apakah ini yang dinamakan panic attack?
"Jungkook, ayo, jangan berhenti," terdengar suara Jimin yang berucap padanya, menarik lengan pria itu untuk segera pergi dari sana.
"Apa benar jika nona Rosé dulunya sering tidur dengan banyak pria?"
Pertanyaan itu tertangkap di telinga Jungkook, langkah kaki pemuda itu terhenti, ia menolehkan kepala dan mencari wartawan yang baru saja pertanyaan tidak sopan itu.
Namun semakin banyak kilatan cahaya kamera menyambut wajahnya, Jungkook bahkan tidak dapat melihat apa yang ada di depannya.
"Jungkook, God damn it," gumam Jimin yang segera menarik Jungkook lagi, kali ini dengan sedikit paksaan karena Jungkook tidak mau beranjak dari sana.
Hingga tidak lama kemudian, keduanya berhasil masuk ke dalam mobil van milik sang artis, Jungkook terduduk lemas sementara Jimin segera membukakan minuman untuk Jungkook.
"Minumlah, kita akan langsung kembali ke rumah."
Jungkook menerima minuman itu tetapi ia tidak meminumnya, "mereka melecehkan Rosé, hyung."
"Apa? Kau bilang apa?"
Jungkook menoleh menatap Jimin, "para wartawan itu melecehkan Rosé."
"Kau jangan pikirkan pertanyaan mereka, mereka sengaja memancing dirimu, kau harus tenang dan fokus, oke?"
Jungkook pun meneguk minuman di tangannya, membasahi kerongkongan yang cukup terasa kering.
"Perusahaan sudah berkoordinasi dengan salah satu fanbase mu dan fanbase akan membuat analisa terkait skandal mu dan juga video mukbang di hotel, bukti bahwa kau tidak melakukan apapun dengan Rosé," jelas Jimin yang kemudian mengecek ponselnya.
"Rekaman suara saat perwakilan lembaga itu menawarkan skandal kepadamu juga sudah berada di tangan Dispatch dan kepolisian, namamu dan nama Rosé akan bersih, kita hanya perlu menunggu," jelas Jimin lagi.
Jungkook sudah tidak punya energi untuk memikirkan semua itu.
Ia hanya rindu dengan Rosé, ia ingin bertemu dengan sang pujaan hati.
♒♒♒
"Jadi ... hubunganmu dan Jungkook kini semakin merenggang?" tanya Mingyu usai meletakkan kendi berisi kimchi ke dalam penyimpanan bawah tanah untuk proses fermentasi.
Rosé yang terduduk di lantai rumah panggung kediaman nenek Mingyu menganggukkan kepala.
Sebuah senyuman samar muncul di wajah Mingyu, "ah, tapi bukankah itu wajar? Kau kan salah satu hater nya?"
Tapi aku merindukan dia, batin Rosé.
"Entahlah Mingyu."
Pemuda itu lalu duduk di samping Rosé yang tampak murung.
"Aku diberhentikan dari pekerjaan ku karena aku terlalu lama bekerja dari rumah, terlebih dengan adanya skandal tidak berdasar itu ... mereka langsung memberhentikan aku, Jennie tidak bisa mencegahnya."
Mingyu menganggukkan kepalanya, ia lalu melirik tangan Rosé yang saling bertaut dengan cemas, tangan pemuda itu lalu meraih tangan gadis itu meremasnya pelan seolah menenangkan gadis itu.
"Semuanya akan baik-baik saja, Rosé."
Rosé menoleh menatap Mingyu seraya tersenyum, "terima kasih."
Senyuman itu membuat jantung Mingyu kian berdebar, ia sudah terlalu lama memendam perasaannya pada gadis di hadapannya. Haruskah ia menyatakan cinta? Atau membiarkannya terpendam begitu saja?
"Rosé, aku-"
Ponsel gadis itu berdering, menandakan ada telpon masuk, Rosé menolehkan kepala, mengecek ponselnya yang ia letakkan di sebelahnya.
Park Jimin.
"Sebentar, manager Jungkook menelpon."
Rosé menarik tangannya dari genggaman Mingyu dan senyuman di wajah pemuda itu perlahan-lahan menghilang.
"Iya, Jimin-ssi?"
"Rosé bisakah kau ke rumah Jungkook sekarang? Aku perlu bicara dengan kalian berdua."
"Aku ... oke, aku akan ke sana."
"Perlukah aku menjemputmu?"
"Tidak, aku akan naik taksi saja."
"Baiklah, body guard akan menunggumu di depan rumah Jungkook, berhati-hati lah."
"Baik."
Rosé pun mengakhiri panggilan itu dan memasukkan ponsel ke dalam tasnya, "Mingyu, aku pamit, aku harus pergi ke rumah Jungkook."
Mingyu pun segera bangun dari duduknya, "aku antar mengantarmu-"
"Aku akan naik taksi, nanti tidak ada yang menjaga nenek bukan?"
Wanita itu tersenyum kemudian mengusap lengan atas Mingyu sebelum melangkah pergi dari sana.
Meninggalkan Mingyu yang terdiam mematung memandang punggung wanita itu yang semakin jauh.
"Aku memang tidak akan pernah punya kesempatan itu, aku mencintaimu, Rosé."
♒♒♒
To be continued ...
spicypastaaa 🍝
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] A Hater
Fanfiction"Jungkook itu pria gila! Jangan jadikan dia idola kalian!" ㅡ Roseanne Park.