9. Menyesal?

611 86 15
                                    


***

Stop destroying beautiful pieces of heart for the people who do not understand you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stop destroying beautiful pieces of heart for the people who do not understand you

***

Yasmine menatap punggung pemuda yang sangat ia cintai berjalan menjauhinya. Pemuda itu tadi melewatinya begitu saja tanpa menatapnya. Padahal kan saat ini ia sudah resmi menjadi kekasih pemuda itu. Jangankan tersenyum setidak nya sekedar untuk menoleh kearah Yasmine apa sulitnya?

Tapi meski begitu Yasmine langsung menyadari pada satu hal yaitu ia bisa menjadi kekasih Narendra karena sebuah game truth or dare yang diberikan oleh senior-senior dan teman seangkatan kekasihnya padahal sedari awal Narendra sudah memberinya ultimatum ketika mengajak nya berpacaran, bahwa pria itu sama sekali tidak menggunakan hatinya. Tapi gadis itu tetap bersikukuh untuk melanjutkan hubungan semu ini dengan dalih gadis itu lebih baik mencintai Narendra tidak peduli dengan perasaan yang dimiliki Narendra sendiri kepada dirinya.

"Baru tiga hari jadian, tapi kok berat banget ya?" Gumam Yasmine sembari matanya tidak lepas dari tubuh jangkung pacarnya.

Sudah tiga hari mereka resmi berpacaran tidak membuat hubungan Yasmine dan Narendra kian dekat. Narendra seolah menjaga jarak kepada gadis malang itu, bahkan Narendra terang-terangan bilang kepada rekan-rekan nya kalau Narendra tidak berhasil mengajak Yasmine berpacaran. Padahal tidak seperti itu kenyataan nya.

"Liat tuh sok kegantengan banget laki lu Yas! Minta di sepak emang itu pala nya."

Yasmine terkejut saat tiba-tiba sobat kentelnya sudah berada duduk disampingnya  "Astagfirullah Indra ih ngagetin aja! Lo kok ada disini sih?"

Danindra nyengir kuda sambil menahan perih saat di keplak bahu nya oleh Yasmine. "Gue bolos matkul si Bobi. Males gue, udah demotivasi duluan. Liat muka nya bikin usus gue pindah ke atas. Jadinya asam lambung gue!"

"Hah?" Tanya Yasmine bingung dengan perumpamaan Danindra yang selalu diluar nalar.

"Ah elah dasar oneng. Gak paham ya lo? Dasar anak Ipa! Kaya gue dong anak ipa juga tapi gue mau memerdekaan diri lintas jurusan."

"Lah sama aja, gak ada bedanya. Bilang aja sih kalau lo gak lolos masuk teknik segala memerdekakan diri lintas jurusan"

"Beda lah gue kan kelas unggulan gitu loh!" Ucap Danindra dengan jumawa.

"Idih pr masih nyontek gue aja bangga! Kalau lo lupa gue kakak kelas lo ya! Pr-pr lo kan gue yang kerjain, lo malah asik main petasan sama Papa gue. Apalagi semua ujian lo contek dari angkatan gue kan?"

"Kaga nyontek. Itu namanya ngintip. Kaya lo tuh ngintip-ngintip Bang Naren yang sok tebar pesona. Gue heran deh. Kenapa sih anak-anak teknik disini matanya pada juling apa ya, buset dah ngeliatin Bang Naren kaya liat dewa neptunus. Padahal ada gue yang juga tampan menawan gini disini. Eh yang ada malah diajak baku hantam terus kalau gue lewat serasa fir'aun aja gue di mata mereka. Paling mereka gue teriakin juga telinga nya jebol semua itu anak teknik. Untung gue baik hati." Ucap Danindra dengan wajah yang super duper julid, tidak lupa bibirnya oleh pemuda itu dimiring-miringkan. Persis ibu-ibu yang suka ghibahin tetangganya yang tiba-tiba mendadak kaya, di kira pelihara babi ngepet.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang