32. Akhirnya

675 79 16
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tiga minggu setelah malam itu. Yasmine masih setia menunggu kedatangan suaminya yang menghilang dua minggu tanpa kabar. Berbagai cara ia mencari kabar suaminya, tapi entah mengapa ia merasa kalau keluarga suaminya ini sedang menutupi sesuatu.

Bahkan kepada Danindra dan Ravi pun setiap ia menanyakan kabar suaminya selalu mengalihkan pembicaraan. Kalau semua orang bersikap seperti itu biasanya ada yang mereka tutupi tentang kondisi suaminya.

"Ya ampun kamu lagi apa nak?" Yuna datang setelah jam praktiknya selesai. Awalnya ia mencari kehadiran menantunya di kamar tapi ternyata menantunya itu malah sedang sibuk di dapur yang tengah membulat-bulati adonan.

Yasmine menoleh lalu tersenyum, "maaf bunda, tiba-tiba pengen donat. Jadi Yasmine bikin deh."

"Kan bisa bilang bunda, nanti bunda beliin."

"Gak papa bunda. Kata Mbak Ami ada bahan nya jadi kita buat aja."

"Kamu kecapek-an loh, kasihan kamu dan cucu bunda."

"Enggak kok bunda, yang ngadon nya Mbak Ami. Jadi Yasmine gak capek. Yasmine cuma masuk-masukin bahan nya aja. Nanti bunda coba ya? Yasmine dapat resep baru dari internet. Mudah-mudahan gak gagal."

"Yakin kamu gak papa? Ada yang di rasa gak? Kemarin kan waktu cek kandungan bb kamu turun, nak. Jangan capek-capek."

"Bun, belum ada kabar dari Aa ya?"

"Abang sehat nak, kamu gak perlu khawatir. Secepatnya abang nemuin kamu ya..."

"Yasmine pengen ketemu Aa bun.." mata Yasmine berkaca-kaca. Terlihat sekali perempuan itu sangat merindukan suaminya.

Yuna menelan saliva nya, "Iya semoga urusan abang cepat selesai ya? Biar abang cepet nemuin kamu. Yaudah udah jam tiga nih, mending kamu istirahat terus mandi. Nanti temenin bunda di kolam ikan, kita cerita-cerita lagi soal abang. Cucu bunda kan seneng banget kalau bahas soal ayahnya."

Yasmine tersenyum tipis dan mengangguk menuruti titah bunda. "Tapi bun, ini gimana?" Tunjuknya pada adonan yang belum selesai ia bentuk.

"Gapapa biar Mbak Ami sama Mbak Asri aja."

"Yaudah Yasmine ke kamar dulu bun. Habis solat Yasmine samperin bunda ya."

Yuna tersenyum seraya mengelus pipi menantunya sayang, "Iya bunda tunggu ya? Nanti bunda kasih liat foto-foto abang kecil yang lain."

"Siap bun." Yasmine pun berjalan menuju lantai dua dimana kamar anak dan menantunya berada. Setelah kepergian gadis itu Yuna menghela napas panjang. Entah mengapa melihat kondisi kesehatan Yasmine yang justru terus menurun membuatnya sangat ketar-ketir. Ia betulan khawatir. Karena setiap cek kandungan berat badan Yasmine selalu saja turun dan hal itu sangat bahaya untuk ibu hamil.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang