28. Takut Kehilangan(?)

619 66 9
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Narendra menepati janji nya setelah magrib ia langsung mengajak sang istri makan malam ke resto yang menjadi favorit Yasmine. Saat ini kedua nya masih saling diam di tempatnya masing-masing. Narendra yang hanyut dalam lamunan nya sambil menyetir, sedangkan Yasmine tidak berani membuka suara nya. Tidak siap jika ia harus kembali di ketusi oleh Narendra, suami nya sendiri.

"Kamu kemarin lagi pengen nasi goreng hongkong Solaria kan? Kita kesana sekarang mau ya?"

Yasmine menoleh menatap suami nya sembari mengangguk. "Kenapa gak ke arah Ciwalk? Kan paling deket disana." Tanya Yasmine saat mobil yang di kendarai sang suami berjalan kearah yang tidak familiar mereka lewati. 

"Kita makan di Paskal aja, sekalian beli beberapa baju buat bayi kita, aku tanya-tanya ke dokter Sabrina kalau usia kehamilan kamu saat ini udah boleh nyicil baju dari sekarang. Alhamdulillah kemarin hasil caffe lumayan besar, ada sisa setelah bayar hutang ku ke bank. lumayan bisa kita pake buat perlengkapan bayi."

"Beli di paskal pasti mahal-mahal A. Kita beli di online aja ya.. keuangan rumah tangga kita kan belum stabil. Aku gak mau kamu harus jual mobil lagi." Yasmine menatap sang suami yang seperti enggan menatap nya. Karena sejak awal pria itu lebih fokus ke jalanan.

"Gapapa jual mobil juga. Asal jangan jual cincin nikah aja. Aku gak setuju." Balas Narendra agak ketus.

"Lagian kan gak kamu pake, lebih baik jual cincin nikah aja."

"Si pake kok. Lagian mobil - mobil ku juga gak ke pake. Lebih baik di jual aja."

"Maaf ya A.. gara-gara aku hamil, kamu harus putar otak buat nyari uang tambahan. Di tambah biaya kontrol ke dokter kandungan yang mahal."

Narendra hanya bisa menghela napas nya. Benar. Kalau boleh ia jujur pada dunia, sejujurnya Narendra lelah. Penghasilan caffe tidak seberapa, karena banyak hutang yang harus ia bayar setelah membuka caffe kemarin. Bahkan tanpa Yasmine ketahui, Narendra diam-diam bekerja sebagai joki programmer. Sudah lama Narendra memiliki keahlian lain di luar dunia kedokteran yaitu membuat programming yang ia pelajari secara otodidak, jadi ia manfaatkan untuk mencari tambahan biaya kebutuhan kehamilan istri nya.

Itulah sebab nya seminggu ini Narendra jarang ada kabar, karena ia ada tanggungan tugas yang harus ia lunasi pada client nya. Harus Narendra akui, kalau ia lelah, ia butuh istirahat. Tapi ia sadar sebagai kepala rumah tangga ia harus terus berusaha agar kebutuhan gizi istri dan anak nya tercukupi.

Apalagi Narendra memutuskan untuk membatalkan spesialisasi nya di luar negeri dan lebih memilih spesialisasi nya di kampus yang sama saat ia menempuh pendidikan kedokteran nya.

"Gapapa..." balas Narendra pelan sambil terus fokus menyetir.

"Aku bisa jual mobil ku buat biaya melahirkan nanti. Jadi kamu jangan jual mobil lagi ya.."

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang