23. Mertua Perempuan

780 92 22
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Just in case you have forgotten today: You matter. You are loved. You are worthy. You are magical.

***

"Heh lo ngapain Yas? Bengong mulu. Kurang belaian suami ya lo?" Sapa Danindra yang datang bersama Melki menghampiri Yasmine yang melamun di sekre Hima seorang diri.

Melki mengangguk setuju sembari tangan nya memberikan satu gelas Teh Poci untuk Yasmine. "Iya kakak nona, kenapa diam saja? kakak nona macam hachi."

"Kenapa hachi?" Heran Danindra.

"Loh Indra, korang tidak tahu siapa hachi e? Hachi itu anak sebatang kara, dia pergi mencari ibu nya. Macam bang toyib."

Danindra terkekeh geli dibuatnya. "Lah Yasmine juga sebatang kara, gak ada satu pun keluarga yang peduli soal ini anak. Apalagi lakiknya beuh rasa suami tiri. Ibu tiri aja udah jahat banget, lah ini suami tiri. Gak tau dah nasib ini anak kedepan nya. Gue kawinin aja mau gak lo?"

"Sembarangan!" Dengus Yasmine sambil menggigiti sedotan minuman nya.

"Tapi tenang kakak nona, kakak nona pu kami yang menyayangi dan menjaga kakak nona."

"Iya gue bakal lama-lamain deh kuliah demi lo deh Yas..."

Yasmine menatap Danindra sinis. "Halah semester kemarin lo emang banyak bolos, makanya sekarang jadi ngulang semester. Pembelaan banget nungguin gue."

"Itu namanya setia kawan sis. Gimana sih lo!" Balas Danindra sambil nyengir kuda, dan hal itu sukses membuat Yasmine memutar bola mata nya jengah.

"Aduh kakak nona sa tidak ada uang lagi kalau sa harus mengulang semester. Untuk makan saja sa masih kekurangan."

"Heh item udah lo duluan aja. Yasmine biar gue yang jaga. Lagian lo kan udah dapet tawaran gawe dari Om Pradana kan? Cepetan lulus dah, biar lo bisa boyong pace sama mace lo kesini."

Melki tersenyum lebar, entah kenapa setiap membahas orang tua nya di kampung pasti pemuda timur itu selalu semangat. "Iya Indra su lulus sudah. sa harus cepat kerja e. Supaya sa pu mace dan pace di bawa ke mari. Mace ingin bisa liat pintu yang jalan keatas seperti pintu doraemon."

"Eh tapi lo di tawarin nya di kantor pusat kan?" Tanya Danindra sembari menyomot ciki milik Yasmine.

"Betul! Di kantor pusat Indra... Bapak Pradana memang sangat baik e... sa tidak menyangka bisa kerja di tempat bagus sana." lalu tubuh Melki mendekat pada Danindra dan Yasmine yang menyimak ucapan nya. "Beda sekali dengan anaknya yang macam angry bird. Galak sekali..."

"Bang Naren?" Kekeh Danindra

"Iya entah kenapa dia liat sa pu muka su macam melihat musuh saja. Padahal sa pu muka tampan sekali, seperti Rahul pacarnya Anjali"

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang