04

1.6K 259 35
                                    

Blue benar-benar merasa seperti penjahat yang tertangkap basah. Meskipun Bilan tidak mengatakan hal lain selain meminta penjelasan namun Blue tetap merasa diadili oleh calon kakak iparnya itu. Tatapan kecewa Bilan membuat Blue tidak berdaya.

"Jangan coba berbohong Blue."

"Kakak maafin Blue."

"Jangan panggil aku kakak mulai sekarang." Bilan terdengar sangat dingin. Blue semakin menunduk ketakutan.

"Siapa pria yang bersama kakakmu?"

Blue menggeleng, air matanya jatuh membasahi pakaian yang ia kenakan. Bilan terlihat berbeda dari biasanya, demi Tuhan, Blue merasa terancam.

"Jangan menangis di depanku karena itu tidak akan merubah apapun, kamu bukan lagi adik kecil manis yang ingin aku lindungi."

Blue terisak. Ia bingung harus melakukan apa sekarang. Apa Blue harus mengatakan yang sebenarnya? Apakah Bilan akan memaafkannya jika ia melakukan itu?

"Kakak maafin Blue.. Maaf."

"Jangan menangis! Apa kamu tuli? Aku tidak butuh maafmu itu, tidak berguna." Keramahan Bilan telah tertelan oleh wajah kerasnya sekarang. "Bicara yang benar."

"Kakak jangan begini," Blue mencoba mengguncang tangan Bilan. "Blue salah, Blue minta maaf. Tapi demi Tuhan Blue gak ada niat bohongin kakak."

"Jangan bawa-bawa Tuhan dalam kebohongan yang secara sadar kamu ciptakan. Jelaskan semuanya! Apa yang terjadi?"

"Blue gak tau kak, Blue—"

"Oh jadi kamu lebih memilih untuk berbohong sampai akhir?"

"Blue, Blue gak tau harus ngejelasin gimana."

"Oke, aku akan buat ini mudah. Kamu tinggal jawab ya atau tidak."

"Kak—"

"Kesempatan kamu hanya sekali Blue, setelah ini kalau kamu ternyata berbohong lagi, selamanya aku gak akan pernah percaya yang keluar dari mulut kamu."

Blue mengigit bibirnya, posisi pria kecil itu serba salah.

"Apa Bianca selingkuh dariku?"

".." Tidak ada jawaban. Hanya mata berkaca-kaca milik Blue yang terlihat oleh Bilan.

Bilan menarik tangan Blue lalu mencengkramnya erat. "Jawab!"

"Iya.." Blue gemetaran sebab Bilan berlaku kasar dan mulai membentaknya.

"Pernikahan ini apa rencana orang tuamu?"

"Iya.."

"Kenapa kamu setuju? Kamu bisa memilih untuk menolaknya?"

"Aku gak punya pilihan kak." Hati Blue mendadak sakit, ia mengingat bagaimana orang tuanya memaksa Blue untuk masuk kedalam kekacauan ini. "Emang aku siapa bisa nolak kemauan mama dan papa? Aku bukan kak Bica yang anak kesayangan mereka. Aku cuma Blue yang harus nurut apa kata mereka."

Bilan tidak bodoh, sejak mengenal Bianca dan dekat dengan wanita itu juga keluarganya Bilan menyadari bahwa Blue diperlakukan tidak terlalu baik disana. Seolah-oleh ia bukan anak kandung keluarga itu.

"Aku gak bohong kak, aku dari awal udah nolak. Aku tau kakak bakal kecewa karena ini, aku udah berusaha sebisaku tapi ini yang terjadi. Maafin Blue karena buat kakak jadi marah kaya gini."

"Kamu juga korban ternyata." Bilan melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan Blue. "Maaf aku kasar barusan." Tangan Bilan terulur untuk menyeka air mata di pipi Blue.

"Blue minta maaf kak.."

"Hmm.." Bilan mengangguk, sorot tajamnya perlahan melembut. "Jangan kasih tau orang tuamu kalau aku sudah tau semuanya."

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang