22

1K 172 19
                                    

Pagi-pagi sekali si pria kecil telah bangun dari tidurnya. Lebih tepatnya ia memutuskan untuk terjaga setelah menerima sebuah pesan selepas Bilan tertidur.

Ia bergegas membersihkan diri kemudian ia kini sudah selesai mematut dirinya didepan cermin. Blue terlihat seperti orang yang berbeda, penampilannya jauh lebih menawan dari sebelumnya.

Ia telah memutuskan untuk tidak bersikap lunak pada siapapun, bahkan pada kakaknya atau pada Bilan. Ada batas kesabaran dalam diri manusia. Begitu pula bagi Blue, ia sudah sampai pada batasnya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Blue akan melakukan hal yang ia inginkan. Meskipun itu akan melukai orang lain. Toh, tidak ada yang mengkhawatirkannya. Ia hanya punya dirinya sendiri sekarang.

"Kak Bilan..." Lembut suaranya mengalun, Blue beranjak dari kursi meja rias menuju ranjang di mana Bilan masih terlelap. "Kak Bilan.." Ia sedikit mengguncang tangan atas pria yang lebih tua. "Bangun.."

"Hghhh.." Bilan perlahan menggeliat. "B—Blue..."

"Iya, ini Blue. Bangun kak, sudah pagi.."

Bilan mengucek matanya, menatap penampilan Blue yang agak berbeda. "Rambut kamu?"

Blue mengusap kepalanya sendiri, ia lalu menyelipkan sejumput rambut kebelakang telinga. "Apa bagus?"

"Kamu potong rambut? Kapan?" Bilan berangsur duduk bersandar dikepala ranjang. Mengingat kembali bahwa malam tadi belum ada yang berubah dari Blue.

Pria itu lalu meremas keningnya yang berdenyut akibat alkohol yang berlebih. "Blue, apa aku terlalu mabuk?"

"Apa aneh?"

Bilan menatap Blue seksama, dibanding dengan aneh justru Blue sangat cocok dengan gaya rambut barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bilan menatap Blue seksama, dibanding dengan aneh justru Blue sangat cocok dengan gaya rambut barunya.

"Kak Bilan kenapa diam?"

"Sangat cantik." Bilan mengulum bibirnya kemudian mencium ujung hidung Blue secepat kilat. "Blue cantik, sangat cantik."

Blue tersenyum kecil, tersipu.

"Pipimu merah, semakin cantik. Biar aku memelukmu." Bilan menyandarkan kepalanya kebahu Blue, menghirup wewangian yang biasa Blue gunakan.

"Kak Bilan,"

"Hmm..."

"Blue mau kak Bilan tegas."

Bilan mengerutkan keningnya, pria itu lalu memundurkan kepalannya agar bisa menatap si pria kecil. "Tegas? Soal apa?"

"Blue tidak mau terluka." Blue mengengam tangannya sendiri satu sama lain. "Kalau aku harus menunggu, maka akan aku lakukan. Tapi, bukan berarti aku akan menunggu selamanya."

"Blue ingin bagaimana?" Tanya Bilan hati-hati.

"Satu bulan." Pria kecil melepaskan cincin ditangannya, lalu mengembalikan benda itu pada Bilan. "Jika satu bulan kedepan kak Bilan masih tidak punya cukup keberanian untuk melepaskan kak Bica, Blue yang akan mundur."

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang