07

1.5K 221 15
                                    

Kucing kurus yang telah diberi nama oleh Blue itu kini tengah makan dengan lahap.

Bilan meminta tolong kepada orang yang mengurus kebutuannya selama di Jepang untuk membeli perlengkapan kucing.

Sejak selesai memandikan Cake, Blue dan hewan berbulu itu tidak dapat dipisahkan. Dengan antusias tinggi pria kecil itu menunggu Cake makan sembari mengelus-elus punggungnya.

Bilan duduk di ruang tamu, ia membaca berkasnya dengan teliti namun terkadang matanya akan melirik pada sosok Blue.

"Kak Bilan.."

"Eh, hah, kenapa?" Bilan yang merasa tertangkap basah mencuri pandang kini gelagapan sendiri.

"Cake boleh tidur sama Blue atau enggak?"

"Tidur sama Blue?" Bilan mengerutkan keningnya bingung. Otaknya dan milik Blue berbeda tentunya.

"Iya, Blue mau tidur sama Cake. Mau peluk Cake. Nanti kalo Cake buang air Blue sendiri yang bersihin." Blue terlihat sangat riang, benar-benar seperti anak kecil yang mendapatkan keinginannya. "Tapi kalau gak boleh, gak apa-apa. Nanti Cake biar tidur di kandangnya aja. Oh iya, makasih sudah belikan Cake kandang bagus."

"Kakak jadi bingung mau jawab apa dulu," Bilan menyimpan berkasnya lalu beranjak menuju tempat Blue dan Cake berada.

"Sama-sama, Blue dan Cake tanggung jawab kakak sekarang." Pria itu berjongkok disebelah Blue. Ia mengusap kepala pria kecil yang kini nampak sangat bahagia. "Blue juga boleh tidur sama Cake tapi nanti ya. Cakenya besok kita bawa ke dokter dulu. Oke?"

"Asik! Makasih kak Bilan." Blue merentangkan tangannya begitu saja untuk memeluk Bilan. "Makasih..." Ucap Blue dalam.

"Sama-sama Blue." Bilan tanpa pikir panjang membalas pelukan Blue. Pria itu bahkan mengusap punggung sempit adik dari pacarnya itu.

Setelah beberapa saat, yang lebih kecil akhirnya mengurai pelukan keduanya.

"Kok matanya merah? Blue nangis?"

"Blue terharu kak.."

"Terharu? Kenapa?"

"Kakak baik banget sama Blue. Kak Bilan sudah mewujudkan keinginan Blue untuk punya kucing. Selamanya Blue akan berterimakasih sama kakak."

"Astaga, aku kira kenapa." Bilan dengan gemas mengacak rambut halus Blue. "Makanan Cake udah abis, sekarang kamu masukin dia ke Kandang biar bisa istirahat."

"Oke kakak.."

"Kalo Cake udah tidur kamu juga harus tidur. Besok kita ke dokter pagi-pagi."

"Siap, laksanakan!"

***

Bilan memiliki kebiasaan hidup sehat. Setiap pagi ia akan terbangun lebih awal untuk pergi berolahraga. Pria tinggi itu paling menyukai lari berkeliling sembari menghirup udara segar.

"Astaga!" Jantung Bilan hampir jatuh keperutnya karena begitu ia menyalakan lampu tengah rumah, sesosok manusia terlihat berjongkok dihadapan kandang kucing. "Blue, lagi apa kamu?"

"Eh?" Blue mendongkak, ia mengedipkan matanya berkali-kali. "Blue lagi liatin Cake."

"Sepagi ini?"

"Hmm, itu, anu.." Blue menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Blue kira cuma mimpi punya kucing. Ternyata beneran. Makasih kak Bilan."

"Makasih terus."

"Soalnya kak Bilan baik, Blue seneng."

"Kalo kakak baik, sekarang Blue harus nemenin kakak jogging."

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang