14

1.2K 195 21
                                    

Tangan-tangan kokoh Bilan yang merengkuh tubuhnya mampu membawa Blue masuk kedalam mimpi. Dalam gelapnya kamar, pria kecil itu terlelap dengan damai.

Bilan membiarkan dadanya menjadi sandaran, seolah ia benar-benar siap melindungi Blue dari seluruh kesakitan yang pria itu rasakan.

Detak jantung seirama, dalam hening menjelang tengah malam, Bilan masih terjaga.

Pikirannya melayang pada berbagai macam keanehan yang ia temukan dari Blue. Ada yang tidak beres dari diri bocah manis dalam pelukannya.

"Hghhh.." Si kecil menggeser posisinya menjadi lebih rapat. Bilan membiarkannya, pria itu sengaja membawa Blue lebih dalam melekat dengan tubuhnya.

Harum mengguar dari rambut halus Blue membuat Bilan perlahan merasakan kantuk, tanpa sadar pria itu menyandarkan dagunya dikepala si pria manis. Mata tertutup seiring dengan kecupan kecil yang ia bubuhkan dipuncak kepala Blue.

"Selamat malam, kamu aman bersamaku." Ucapnya sebelum ikut bergabung dengan Blue, masuk ke dunia mimpi.

***

Pipi Blue memerah, pria kecil itu mengerjapkan mata melihat pemandangan di depannya adalah dada bidang seseorang yang menenangkannya semalam. Ia ingat bagaimana Bilan mencoba mengusir rasa takut yang menguasai dirinya. Bagaimana pria itu merengkuhnya. Bagaimana Bilan datang untuk menenangkannya.

Pipi Blue semakin memerah ketika menyadari bahwa tangan Bilan masih bertengger dipinggangnya. Sebelah tangan pria itu yang lain menjadi bantalan kepalanya.

Blue mengigit bibir, ia mencoba mendongkak untuk melihat wajah terlelap pria yang lebih tua.

Bilan Zelgas memiliki postur wajah yang tegas, hidung mancung menjulang, bibir tipis dan kulit bersih yang dilengkapi dengan alis tebal menukik. Dengan kata lain, pria itu sangat tampan.

Blue segera mengalihkan tatapannya, pria itu merasa tidak sanggup melihat Bilan lebih lama.

Gugup yang mendera semakin menjadi, Blue meremas pakaian Bilan. Mencoba meredakan perasaan aneh yang menelusup tanpa permisi dihatinya.

"Morning.." Sapa Bilan dengan suara seraknya.

Blue semakin kalang kabut, belum sempat mengatur dirinya, pria yang masih memeluknya sudah terbangun.

"Morning Blue.." Suara Bilan semakin dalam, pria itu terdengar seperti berbisik.

"Mor—morning kak.."

Usapan halus dirambutnya membuat jantung Blue semakin gila. Otaknya seolah kehilangan fungsi dan hanya bisa membatu.

"Gimana, sudah merasa lebih baik?"

"I—iya.."

"Baguslah," Bilan kembali memejamkan matanya, pria itu menarik Blue lebih dekat. Tangannya semakin erat memeluk pinggang Blue. "Kamu bisa cerita sama aku Blue, apapun itu, aku akan mendengar kamu."

"Kak—" Blue mencoba melepaskan diri namun Bilan malah kembali mengusap bagian rambut dan punggungnya. "Kak Bilan.."

"Kamu benar-benar boleh bersandar padaku Blue.." Bisik Bilan sebelum akhirnya melepaskan Blue dari pelukannya. "Oh iya, terjadi topan dibagian selatan kota, lampu masih belum menyala. Sementara kamu jangan pergi kemana-mana dulu ya.."

Blue hanya bisa mengedip, ia masih belum menguasai dirinya sendiri.

Bilan mengacak rambut halus Blue lalu turun dari ranjang. "Aku buatkan sarapan, setelah itu ayo kita bicara."

***

Blue memakan sarapannya perlahan-lahan. Seolah ia tidak ingin menyelesaikannya, ia ingin menunda pembicaraan yang dimaksud Bilan. Meski tidak tahu persoalan apa yang akan dibahas pria itu, namun Blue ingin menghindarinya.

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang