05

1.8K 256 30
                                    

Sejak mengetahui kemana ia akan dibawa pergi, Blue tidak bisa berhenti tersenyum. Meskipun sedang dalam keadaan tertekan karena kebohongan pernikahannya namun Blue tidak bisa menahan diri jika ini tentang Jepang. Negara dimana ia ingin tinggal sejak lama.

Bilan yang berada disebelah Blue dalam penerbangan itu sesekali meliriknya, Bilan mengulum bibirnya menahan senyum yang akan tercetak disana. Blue terlihat sangat polos dan bersemangat, siapa saja pasti senang melihat pria manis itu.

"Kak Bilan.." Blue memanggilnya pelan, tangan Blue menarik jas yang ia kenakan.

"Apa?"

"Blue nanti disana boleh jalan-jalan enggak?"

Bilan mengangkat alisnya. "Tentu saja, kenapa tidak."

"Asik!" Blue berseru senang, ia mengigit bibirnya agar tidak tersenyum terlalu lebar.

"Kenapa senang sekali? Apa keluargamu tidak pernah mengajakmu berjalan-jalan?" Bilan bertanya selintas, ia kembali menekuni pekerjaannya alih-alih menunggu jawaban Blue.

"Iya, Blue jarang ikut pergi. Dulu waktu kecil alasannya karena papa dan mama cuma bisa beli satu tiket untuk kak Bianca, setelah besar alasannya karena Blue harus sekolah yang bener."

Bilan yang sedang mengetik tanpa sadar menghentikan kegiatannya mendengar ucapan Blue. "Loh? Jadi waktu kecil kalau keluargamu pergi liburan kamu gimana?"

"Ya dititip, kadang dirumah tante kadang dirumah nenek." Blue menjawab dengan tenang, seolah apa yang ia sampaikan tidak berarti apa-apa untuknya.

"Kak Bilan tau kan kalau Blue mau sekolah ke Jepang?"

Bilan mengangguk patah-patah, pria itu masih mencerna ucapan Blue sebelumnya.

"Nanti sampai disana Blue mau lihat-lihat semuanya, kemarin kan cuma lihat dari internet."

"Kamu gak apa-apa?" Bilan menoleh menatap seraut wajah Blue yang masih ceria.

"Memangnya Blue kenapa? Ahh, Blue gak suka mabuk kok. Meskipun jarang naik pesawat tapi Blue juga pernah kok. Kakak tenang aja." Blue tersenyum lalu menepuk-nepuk pundak calon kakak iparnya itu.

Bilan menghela nafasnya berat. Pria itu mengusap kepala Blue lembut. "Setelah ini semua selesai, aku pastikan kamu akan bisa meraih mimpimu."

"Kakak mau biayain sekolah Blue? Beneran?" Blue berbinar. "Eh tapi mama udah janji bakal sekolahin Blue. Ya udah gini aja, kalo mama ingkar janji Blue bakal nerima bantuan kakak. Oke?"

Bilan mengangguk kecil, ia masih mengelus puncak kepala Blue.

"Kak Blue mau ke toilet dulu."

"Oke.."

***

"Wah keren, kakak sewa tempat ini? Mahal ya kak?"

Blue tidak henti-hentinya berdecak kagum sejak ia sampai ditempat yang akan mereka tinggali selama di Jepang.

"Hmm.." Bilan menjawab asal. "Mandi lalu pergi istirahat Blue."

"Kakak Blue gak ngantuk. Blue boleh keluar setelah mandi gak?"

"Enggak." Bilan menjawab dengan tegas. "Kita disini satu bulan bahkan mungkin lebih, gak perlu buru-buru."

"Iya kak." Blue menunduk dengan bibir cemberut, pria itu memainkan ujung bajunya dengan sedih.

Melihat Blue yang seperti orang merajuk membuat Bilan berdecak. "Sekarang aku percaya kalian benar-benar kembar. Baiklah, baiklah, pergi mandi dan istirahat sebentar. Saat makan malam aku akan mengajakmu keluar. Puas?"

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang