27

1.2K 192 35
                                    

"Soan di mana Blue?"

Soan yang duduk di depan kamar rawat Bianca segera berdiri. "Tuan Blue tadi masih bersama perawat di ruang pemeriksaan tuan."

Bilan memasukan tangannya ke dalam saku celana, pria itu menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku akan menemui Blue, kami mungkin akan meninggalkan Jepang esok hari. Kau jagalah Bianca, sampai keparat itu datang, temanilah dia di sini."

"Baik tuan.." Soan mengangguk patuh.

"Terimakasih untuk semua bantuanmu," Bilan menepuk pundak asisten pribadinya itu. "Meski semuanya batal, aku tetap menghargai usahamu."

Soan tersenyum kecil, kembali mengangguk pada atasannya itu.

"Aku harus pergi sekarang." Lagi, Bilan menepuk pundak pria yang seumuran dengannya itu. Langkah membawanya menjauh untuk menemui Blue yang konon katanya berada di ruang pemeriksaan.

Bilan ingin segera menemui pria kecil itu. Ia ingin Blue tahu bahwa pada akhirnya pria itulah yang ia pilih.

Sementara itu, asisten pribadi Bilan menatap punggungnya. Hingga majikannya berkelok di lift, Soan masih tetap memerhatikan Bilan.

***

Flashback

"Tuan nona Bianca sudah ditemukan." Tengah malam yang dingin dan berita yang didapatkannya membuat Bilan segera beranjak dari ranjang.

"Lalu bagaimana dengan pria brengsek yang bersamanya?"

"Kami berhasil menjebaknya, dia sudah berhasil disembunyikan di villa anda."

Bilan memijat pelipisnya. Pria itu bersandar pada kepala ranjang.

"Awasi Bianca untuk sementara waktu. Aku ingin dia sendiri yang memohon untuk bertemu denganku."

"Baik tuan."

"Ah dan ya, buat seolah pria itu juga berkhianat. Bianca harus tahu bagaimana rasanya diselingkuhi."

***

Setelah mengobrol dengan Soan tentang rencananya, Bilan kemudian keluar dari kamar. Pria itu merasa haus luar biasa dan persediaan minumnya telah tandas.

"Ehhh?" Mata bulat dengan pipi mengembung menyambutnya dalam remang cahaya dapur.

"Blue?" Bilan mendekat dengan gelas ditangannya. "Makan malam?"

Blue buru-buru mengunyah, hingga kuah makanan berceceran disudut bibirnya. "Blue lapar lagi."

Bilan terkekeh, menyelesaikan mengambil minum kemudian segera menenggaknya. Pria itu kemudian bergabung dengan Blue di meja makan. "Sepertinya enak." Komentarnya menatap mie kuah yang tersisa setengah porsi.

Blue manatap Bilan beberapa saat kemudian ia mendorong mangkuk mienya. "Hanya sisa ini, kalau kakak mau boleh."

Bilan mengacak rambut Blue. "Nanti kamu tidak kenyang, untukmu saja."

Blue menggeleng cepat. "Tidak apa-apa. Sebentar Blue ambilkan sendok baru."

"Kamu sepertinya suka berbagi." Ucap Bilan asal. Pria itu tidak menunggu sendok baru dari si kecil, ia justru sudah menyuap dengan sendok yang sebelumnya digunakan Blue.

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang