08

1.9K 219 23
                                    

"Lelah?"

Bilan menempelkan sekaleng minuman dingin pada pipi Blue yang memerah. Mereka telah kembali dari dokter untuk melakukan vaksin pada Cake dan Oyen.

Sayangnya, dua binatang berbulu yang telah dimandikan itu tidak bisa akur. Blue harus memisahkan mereka berkali-kali karena keduanya terus bertengkar.

Blue meneguk minumannya berkali-kali, ia lalu menyimpan kaleng minuman yang tersisa setengah itu di atas meja.

"Kamu sampai keringetan begini." Bilan mengusap dahi Blue dengan punggung tangannya.

"Cake dan Oyen seperti musuh bebuyutan."

"Mereka sama-sama jantan. Pasti tidak mudah menyesuaikan diri." Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Blue berdiri. Setelah memastikan kedua kucingnya tenang, Blue hanya berjongkok di depan makanan hewan bulu itu.

"Mau makan siang apa?" Bilan bertanya dengan lembut, suara beratnya selalu terasa nyaman ditelinga Blue.

"Blue bisa makan apa saja kak."

"Hmm... Kalau sushi bagaimana?"

"Boleh.." Blue terlihat tidak bersemangat.

Bilan kembali mengusap kepala adik pacarnya itu. "Blue tidak suka sushi kan?"

"Suka kok.." Blue menjawab dengan ragu.

"Meong.. Meong.."

"Wrrrrr meong.."

Bilan dan Blue serentak menenggok pada dua kucing yang kembali memulai perkelahian.

"Astaga, kalian mulai lagi." Blue buru-buru menarik Cake menjauh. Meski nama yang diberikan Blue sangat imut, itu berbanding terbalik dengan kepribadian si kucing.

"Bagaimana kalau kita memasak saja?" Pria yang lebih tinggi memberi ide. "Makan diluar sepertinya bukan ide bagus." Bilan menunjuk Cake dan Oyen bergantian.

"Tapi tidak ada bahan-bahan.."

"Itu dia, kita harus pergi membelinya. Hitung-hitung agar seperti rumah tangga sungguhan." Bilan terkekeh kecil dengan candaannya. Ia lalu menarik Oyen menuju gendongannya. "Kau gantilah baju dulu, biar Oyen dan Cake aku yang jaga."

"Ah, iya, oke." Blue berbalik, wajahnya panas terasa terbakar. Bisa dipastikan Blue merona.

***

Blue tidak bisa menahan senyum bodohnya. Melihat punggung lebar Bilan yang berjalan lebih dulu dengan mendorong troli, pria itu membuatnya salah tingkah.

Blue mencubit tangannya untuk menyadarkan diri, namun ia gagal.

"Aku suka sup ayam, bagaimana kalau kita buat itu?" Bilan tiba-tiba berbalik untuk berbicara pada Blue. "Kau menyukainya juga, kan?"

"Iya! Blue suka.."

"Oke.."

Pria itu terlihat lihai memilih bahan-bahan untuk membuat sup seperti ucapannya barusan.

Blue berjalan mendekat hingga tiba disebelah Bilan. "Kak Bilan sudah biasa memasak ya?"

"Hmm?" Bilan yang tengah memilih wortel menoleh pada Blue, pria itu berpikir sejenak lalu mengangguk. "Aku sengaja belajar memasak."

"Benerkah? Aku kira pebisnis seperti kakak tidak memiliki waktu untuk melakukan itu."

"Semua hal didunia ini adalah masalah prioritas. Aku menomor satukan kakakmu, untuknya aku siap melakukan apapun. Termasuk mempelajari banyak hal baru, memasak salah satunya. Kamu tau, kan, Bianca sangat pemilih untuk masalah makanan. Aku ingin menyediakan apa yang dia sukai dan melihatnya makan dengan lahap."

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang