Bilan menghabiskan malam dengan Blue dalam dekapannya. Menciumi puncak kepala pria kecil, menghirup aroma yang mengguar dari sana.
Menjelang matahari terbit, pria itu memperat dekapannya, membawa Blue lebih menyatu dengan tubuhnya.
Setelah pergumulan semalam, keduanya telah membersihkan diri dengan air dari danau kemudian berganti pakaian hangat. Sementara si kecil langsung jatuh tertidur karena lelah, Bilan justru terjaga. Matanya terpejam tetapi ia tidak bisa menuju alam mimpi.
"Nghhhh.."
Blue mulai terusik, dingin angin yang berhembus menusuk tulangnya. Meski ia berada dalam dekapan yang lebih tua.
Bilan mengulurkan tangannya, mengusap kepala Blue yang setengah tubuhnya tertutup kantung tidur.
"Hmmm.." Blue menggeliat, matanya perlahan terbuka. Si kecil berkedip-kedip ketika senyum hangat di bawah lampu tenda yang remang menyambutnya.
"Dingin?"
Suara yang menyapanya membuat tubuh pria kecil menegang. Wajahnya memerah ketika mengingat apa yang telah ia dan Bilan lakukan semalam.
"Kemari, aku akan memelukmu sangat, sangat, sangat erat."
"Kak.." Blue mencicit, menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Hei, kenapa?"
"Malu.."
Kekehan Bilan mengudara dipagi buta. Pria itu kemudian menjauhkan kepalanya setelah beberapa saat. "Karena kamu sudah bangun, ayo kita melihat matahari terbit."
***
Suara air yang dituang ke dalam gelas membuat Blue menoleh, ia duduk di depan tenda dengan kedua tangan yang berada disaku jaket.
Bilan mendekat, dua coklat hangat ia hidangkan. Kepulan asap dari minuman manis itu membuat Blue tersenyum kecil.
"Kemari.." Bilan yang sudah duduk di samping Blue menepuk pahanya. Membuat si manis hampir tersedak ludahnya sendiri. "Dingin Blue, biarkan aku memeluk kamu."
Blue mengigit bibirnya, pria kecil itu menunduk malu.
Bilan mencubit pipi merahnya gemas. Lalu dengan lembut pria itu menarik tangan Blue agar berpindah menuju pahanya.
Di atas matras yang dilapisi karpet, Bilan memangku Blue dan menyimpan dagunya dipundak si kecil. Kedua tangannya merengkuh perut yang lebih muda.
"Beberapa menit lagi matahari akan muncul.."
Blue tidak terlalu fokus dengan ucapan Bilan karena ia tengah berusaha sekuat tenaga menahan detak jantungnya yang menggila. Setengah pikiran lainnya juga fokus pada pantatnya yang terasa sedikit perih, namun untungnya hanya sedikit, karena Bilan bermain lembut semalam.
"Blue.."
"Hmm?"
Bilan mengambil salah satu gelas coklat panas lalu memberikannya pada Blue. "Peganglah,"
"Oh, eh oke.." Blue benar-benar mati kutu. Bahkan untuk menerima gelas panas yang diserahkan Bilan ia bergetar.
"Blue.." Bilan berbisik tepat ditelinga si manis. "Blue Alaska.."
"Hmm ke—kenapa kak?"
"Panggil namaku." Bilan masih tetap berbisik. Membuat bulu kuduk Blue merinding karena nafas pria itu menghantam langsung lehernya yang penuh kemerahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How we parted ways
FanfictionBlue dan keluarganya harus melakukan kebohongan besar demi menyelamatkan si anak sulung. Kecelakaan yang dialami saudara kembar Blue -Bianca- membuatnya harus rela menggantikan wanita itu untuk menikah dengan pria kaya bernama Bilan Zelgas. Kekasih...