16

1.2K 188 21
                                    

"Lepas hiks kak Bil—hiks lep—as.." Tangisan Blue semakin kencang, pria mungil itu meronta dibawah kukungan tangan besar Bilan yang telah berhasil menyeretnya hingga ke sofa diujung ruangan.

"Lep—as.." Suaranya semakin bergetar, Blue mendorong dada Bilan sekuat tenaganya. Ia tidak ingin takluk dengan cara seperti ini, meski pakaiannya telah porak poranda, si kecil tetap berusaha untuk menghentikan tindakan pacar kakaknya.

Ia hanya memiliki harga diri sekarang, Blue tidak ingin kehilangan itu.

Duarrrr

Suara petir menyambar, sepertinya hujan akan segera turun.

Bilan menciumi sekuruh wajah Blue, bibirnya mengecap liar, semakin turun untuk memberi tanda disekitar leher pria manis.

"Shhhh..." Blue mencubit tangannya sendiri guna menahan desahan tatkala lidah Bilan menyusuri perpotongan lehernya.

Duarrr

Gemericik hujan mulai terdengar, bersahutan dengan petir yang berkilat menyambar. Bilan masih asik dengan kegiatannya, tanpa sadar bahwa pria dibawahnya hampir menangis darah.

Duarrr

"Akh Bilan lepas!" Teriakan setengah kesetanan Blue akhirnya membuhkan hasil, Bilan yang masih menindih tubuhnya di atas sofa mulai mengerjap ketika pria kecil berhasil memukul kepalanya keras. "Lepas hiks.. Blue gak mau.."

Si pria tinggi menggosok kepalanya yang terasanya nyeri akibat pukulan Blue. Ia masih dibawah pengaruh alkohol namun berusaha keras mendapatkan kesadaran kembali.

"Kakak—hiks kak Bilan bilang mau melindungi Blue.." Tangisan Blue kembali pecah. "Kak Bilan bilang aku adik kecilmu.."

"B—Blue.." Bilan mengulurkan tangannya, membelai pipi bulat si pria kecil yang basah oleh air mata. "Blue.." Pria itu mencoba memfokuskan pandangan matanya yang kabur.

"Iya, ini Blue.. Aku Blue.." Blue memeluk dirinya sendiri, pakaiannya yang telah terkoyak membuat tubuh atasnya terasa dingin luar biasa.

Bilan menarik dirinya menjauh, pengusaha muda kaya raya itu duduk di ujung sofa.

Plak

Satu tamparan ia layangkan pada pipi kirinya, Blue melotot melihat apa yang pria itu lakukan.

Plak

Sudut bibir Bilan berdarah, namun setidaknya kesadarannya mulai kembali.

Plak

"Kak.." Blue menarik baju Bilan, mencoba menghentikan pria itu untuk memukuli dirinya sendiri.

Plak

Tamparan keempat dan pipinya terasa kebas, Bilan memijat kepalanya yang masih terasa berat. "Apa yang aku lakukan?"

Kesadarannya hanya kembali beberapa persen namum Bilan bisa melihat Blue yang amat ketakutan. "Maaf.." Pria itu berucap lirih. Ia membantu Blue untuk bangun dan segera memeluknya. "Maaf Blue.."

Blue meremat pakaian Bilan, menangis sejadi-jadinya. Bahkan hujan deras yang jatuh diluar sana tidak bisa menutupi histerisnya Blue.

Bilan tetap pada posisi yang sama, masih memeluk Blue meskipun kepalanya terasa ingin pecah.

"Maaf.." Gumamnya diantara kesadaran yang sangat tipis.

"Masuklah ke kamar dan kunci pintu," Bilan melepaskan rengkuhnnya, disisa kesadarannya ia menghapus air mata Blue. "Besok kita bicara.."

Setelah mengatakan itu, pria yang lebih tua beranjak dari sofa. Dengan gontai Bilan masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan Blue yang lagi-lagi memeluk dirinya sendiri.

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang