24

1K 179 12
                                    

"Bilan," Wanita berambut sebahu itu menoleh pada pria yang mendorong kursi rodanya.

Bilan menghentikan langkah. "Kenapa?"

"Bagaimana kalau aku tidak bisa berjalan lagi?"

Bilan menarik nafasnya, pria itu merasa iba melihat keadaan wanita yang pernah ia cintai. Bianca nampak lemah tak berdaya dengan keadaannya.

"Kalau saja aku bisa membalik waktu, aku pasti tidak akan berkhianat. Aku tidak akan menyakitimu dan berakhir seperti ini." Mata indah Bianca berkaca-kaca. Tangannya terulur mengengam tangan Bilan.

"Kita tidak bisa kembali ke masalalu Bi," Ucap Bilan lembut, tidak ada emosi seperti sebulan lalu. "Dan kalau pun bisa, aku memilih tidak."

"Bilan," Bianca terisak, buru-buru wanita itu menghapus air matanya. "Apa kamu benar-benar menyukai adikku sekarang? Atau itu hanya untuk menghukumku?"

Bilan kembali mendorong kursi roda Bianca. Melintasi lorong yang akan membawa mereka menuju tempat dokter yang sudah membuat janji untuk pemeriksaan pertama wanita itu.

"Tidak masuk akal posisiku terganti dengan orang yang baru bersamamu selama satu bulan." Bianca bergetar ketika mengatakannya. Wanita itu mencengkram jemarinya sendiri. "Apa waktu bertahun-tahun yang kita lalui bersama tidak berarti untuk kamu?"

"Seharusnya aku yang bertanya begitu, kenapa kamu sangat mudah berkhianat Bianca? Apa aku sangat kurang sehingga kamu mencari pria lain?"

Bianca bungkam, ia tidak punya jawaban atas pertanyaan Bilan.

"Semakin lama, aku semakin menyukai Blue." Bilan memelankan langkahnya, berbelok mengikuti Soan yang berjalan lebih dulu. "Aku akan melangkah lebih jauh bersamanya. Tolong, jangan persulit jalan kami."

Wanita diatas kursi roda itu menelan ludahnya pahit.

"Aku akan bertanggung jawab hingga kamu kembali sehat. Aku juga akan menemanimu sebisaku hingga pria itu kutemukan."

"Bilan berhenti membahasnya."

"Kenapa?" Bilan kembali menghentikan langkahnya karena kini mereka sudah sampai di depan ruang dokter. Pria itu kemudian bergerak untuk berjongkok dihadapan Bianca. "Kenapa kita harus berhenti membahasnya?"

"Aku hanya main-main kemarin."

"Lalu?" Bilan terdengar lebih dingin.

"Tidak ada cinta diantara kami."

"Sepertinya itu bukan urusanku lagi Bi. Aku hanya akan membantumu sebagai sesama manusia sekarang, untuk menghargai waktu yang pernah kita bagi bersama. Mengingat kau adalah sumber kebahagiaanku dulu, aku akan menjagamu untuk itu." Bilan menoleh pada Soan yang sedikit berjarak dengan tuannya itu. "Apa kita bisa masuk sekarang?" Tanyanya pada asistennya itu.

"Bisa tuan, dokter Shu yhi sudah menunggu."

Bilan mengangguk, ia menepuk kepala Bianca. "Mari sembuhkan dirimu lebih dulu."

***

Detik berlalu, jam berganti.

Pria kecil nan manis itu memilih pakaian yang tidak terlalu formal.

Porsi tubuhnya yang mungil dibalut dengan celana bahan dan atasan rajut yang melekat pas.

Kulitnya bersinar lebih cerah karena ia memilih memakai warna biru yang cocok dengannya.

Blue duduk di depan meja rias, menunggu kepulangan Bilan.

"Hampir jam tujuh." Pria manis mendesah resah. Sebagian dari dirinya meragukan Bilan. Namun bagian lain sangat menginginkan pria itu agar membuktikan ucapannya.

How we parted ways Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang