Suara putaran ice di dalam gelas mengisi keheningan antara dua orang remaja yang tengah duduk di salah satu kursi. Si gadis sibuk mengaduk minumannya dengan tak beraturan, sedangkan lelaki di sampingnya sibuk memandangi wajah gadis tersebut.
"Sayang kamu marah?" Tanya xavier membuka perbincangan antara keduanya.
"Buat apa?" Tanyanya balik.
"Ga yakin. Aku cuma mastiin aja, aku ga buat kesalahan" balas xavier.
"Kamu ngerasa buat kesalahan?"
"Ga, tapi kalo menurut kamu aku salah. Aku juga harus tau, jadi aku bisa perbaikin apa yang bikin kamu ga suka"
"Kamu ga perlu jadi siapapun buat deket sama aku. Dan juga, Apa aku punya hak buat ngebatasin kamu?." Ya. Sera sangat yakin dengan hidupnya yang sekarang.
Dia juga punya segalanya. Keluarga yang sayang padanya, harta melimpah, dengan masa depan yang juga bisa dikatakan sangat cerah. Urusan lelaki sera tidak terlalu mementingkan hal tersebut. Toh dikehidupan dulu dia sudah hidup lebih lama. Dibanding sekarang dengan masih menjadi anak SMA.
"Of course. I am yours babe. Kamu bebas mau ngatur aku gimana dan aku ga ada masalah sama hal itu."
"Really? Jangan nyesel kalo sampe aku ngekang kamu, xa. Walaupun bukan siapa-siapa kamu sih" ucap sera sedikit tergelak karna tanggapan dari lelaki yang sedari tadi memeluk pinggangnya itu.
Mereka memang tidak punya hubungan. Pacaran? Atau hal lain. Tapi, oh lihatlah kedua manusia itu. Semua orang dalam sekali lihat bisa tau jika lelaki itu memandang penuh damba pada gadis di sampingnya itu. Ditambah dengan tanda kepemilikan yang melingkar di pinggang sera.
"What did you said? Kamu punya aku sayang. Kata siapa kamu bukan siapa-siapa aku. Kita cuma belum ada ikatan hubungan resmi. Tapi diri dan hati kamu itu punya aku. Hak paten, Hmm. Ngerti?" Ia mencubit tipis hidung mancung sera.
Bukankah gadisnya ini sangat menggemaskan?
Sedangkan sera sedikit mendengus mendengar gombalan dari anak SMA di depannya ini.
"Jadi masih mau di sini dulu atau balik ke kelas, cantik?"
"Udah jam berapa?"
"Masih lumayan lama. Bisa setengah jam lagi kalo masih mau stay di sini. Aku, terserah kamu" jawabnya.
"Kalo gitu kenapa? ga sabar mau ketemu si ketos tadi, sayang?" Ucap sera sambil mengetuk-ngetukan kuku panjangnya pada dada bidang xavier.
Membuat xavier sedikit berdebar akan panggilan sayang yang ditujukan padanya dengan tujuan untuk menyindir.
"Oh my goodness honey. Seriously? Dia bahkan ga sebanding sama kamu" jawab xavier seraya tergelak akan pertanyaan dari sera. "Dan kamu pikir aku bakal tertarik sama dia?" Seraya menepuk-nepuk puncak kepala sera.
"Say it, aku mau denger" lanjutnya lagi.
"In my opinion you are not that stupid xa. But, we never know. Biasanya cowo kan selalu milih seseorang yang standarnya jauh di banding yang dia punya sekarang. Ehmm semacam kehilangan rasa syukur mungkin" Jawab sera.
"Apa itu juga alasan lo belum mau nerima gue? Ehm semacam ga mau punya hubungan? Atau semacam trauma?" Tanya nya sekali lagi menirukan gaya bicara sera.
Xavier sangat menyukai jika ada pembahasan serius seperti ini antara keduanya. Dia bisa lebih mengenal gadisnya itu. Gadis yang jika diumpakan seperti lautan dalam.
Gadisnya ini terkesan lebih dewasa dan tenang dibandingkan dengan usianya.
"Mau jawaban serius dari gue?" Tanya sera gemas akan pertanyaan beruntun lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERA - HEIRS
HumorSiswa tersebut sudah terkapar dengan darah di seluruh tubuh akibat pukulan yang diterimanya. Namun, ia masih sadar untuk bisa mendengar perkataan dari lawannya. "Kalo lo masih ga tau alasannya bakal gue kasih tau. Buka telinga lo. Cewe kaya sera ga...